Skip to main content

Ruangan Pengap, Maba berjatuhan



Foto: Tim kesehatan sedang membopong maba yang jatuh pingsan / Tanti/SIAR
Hari pertama Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru Universitas Negeri Malang 2016 (PKKMB) diwarnai dengan banyaknya Mahasiswa Baru (MABA) yang berjatuhan. Hingga pukul 11 siang, tercatat sebanyak 81 maba sakit dan jatuh pingsan. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan tahun lalu.

Menurut Ike Fujilely, salah satu tim kesehatan penyebab maba banyak yang pingsan dan sakit dikarenakan belum sarapan dan udara di dalam ruangan pengap. “Semua pintu tertutup ketika upacara berlangsung sehingga ruangan menjadi pengap dan panas,” ungkapnya.
Gita, maba jurusan ilmu sejarah yang ditemui ketika sadar dari pingsan mengatakan bahwa ia tidak sempat sarapan karena takut terlambat, sehingga ketika upacara berlagsung, ia jatuh pingsan. Salah satu panitia PKKMB juga mengatakan bahwa ketika upacara pembukaan PKKMB UM 2016 berlangsung AC belum dinyalakan alasanya udara saat itu masih dingin.
Dalam proses pengevakuasian maba yang pingsan dan sakit, Korps Sukarela Palang Merah Indonesia unit Universitas Negeri Malang (KSR PMI) dibantu oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri Malang (BEM UM), Dewan Pengawas Mahasiswa (DPM), dan Resimen Mahasiswa (MENWA). Untuk mempermudah pengevakuasian, KSR PMI berkoordinasi dengan panitia PKKMB UM 2016 membagi tim kesehatan menjadi 2 kelompok, yaitu di ranah dalam gedung Graha Cakrawala (Graca) dan ranah luar gedung Graca. Ranah dalam bertugas sebagai tim evakuasi maba yang pingsan atau sakit. Sedangkan tim kesehatan yang berada di ranah luar gedung graca bertugas untuk merawat dan menjaga mereka. Pos Kesehatan tersebar di 4 titik yaitu di sebelah pintu utara graca, pintu selatan graca, lantai 2 sayap kanan dan sayap kiri. Panitia PKKMB UM 2016 juga menyediakan 1 ambulans untuk mengantisipasi jika ada maba sakit yang perlu rujukan ke rumah sakit terdekat. (tri/tan/lny//yrz)

Comments

Popular posts from this blog

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

Menang Tanpa Perang

 Oleh: Fajar Dwi Affanndhi Pesta tak lagi meriah. Tidak seperti pesta yang biasa kita ketahui, hingar bingar, penuh warna-warni, dan dinanti-nanti. Pesta demokrasi di kampus ini sepi. Jangan harap perdebatan panas antar calon pemimpin. Ketika calonnya saja hanya satu. Ya, calon tunggal   tanpa lawan. Pemilu Raya, atau yang biasa kita sebut PEMIRA, kini seakan hilang greget -nya. Hampir di semua fakultas di UM terdapat calon tunggal.   Baik itu calon ketua BEM, ketua HMJ, atau bahkan yang lebih parah, calon DMF yang seharusnya dipilih lima orang dari setiap jurusan, malah hanya ada satu calon dalam satu fakultas yang notabene terdiri dari beberapa jurusan. Padahal, adanya calon tunggal bukan tidak mungkin yang terjadi mereka bakal   “menang tanpa perang”.  

Carut Marut Tempat Parkir UM: Mulai Sempitnya Lahan hingga Uang Parkir buat Jajan

      Saat ini, transportasi sudah menjadi kebutuhan primer. Berbagai macam alat transportasi diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain, apalagi jika menempuh jarak yang cukup jauh. Salah satu alat transportasi paling populer di Indonesia adalah motor. Motor sangat populer di kalangan pelajar dan mahasiswa. Setiap fakultas memiliki tempat parkir sendiri-sendiri, namun tidak mewajibkan mahasiswanya untuk memarkirkan motor berdasarkan fakultas masing-masing. Anehnya, meskipun dalam satu fakultas, berbeda tempat parkir juga berbeda sistem pengelolaannya. Hal ini dapat kita lihat di tempat parkir Fakultas Sastra (FS). Seharusnya hanya motor yang dikenai biaya parkir, tapi sepeda pun dikenai biaya parkir. Meskipun jumlah sepeda tidak seberapa dibandingkan motor, tetapi tetap saja hal ini menyalahi aturan.