Skip to main content

FMIPA Usung Tema “MIPA Berkarakter” dalam Pelaksanaan PKKMB

            Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) Universitas Negeri Malang (UM) hari ketiga (17/8) sudah menemui puncaknya. Fakultas MIPA sudah mempersiapkan  tema “MIPA Berkarakter” untuk PKKMB selanjutnya yang dilaksanakan tiga hari mulai hari kamis (18/8) di fakultas. Tema MIPA berkarakter tersebut memiliki tujuan menekankan pembinaan karakter, rutinitas, dan memberikan pelayanan yang dibutuhkan mahasiswa baru (Maba).

Pembinaan karakter ditanamkan menggunakan konsep membuat kelompok-kelompok seperti yang diterapkan di PKKMB Universitas. Tujuannya (pembinaan karakter, red) adalah supaya Maba yang berbeda ras atau suku dapat berbaur menjadi satu dan tidak ada yang merasa minoritas. “Karena pada pengalaman tahun  kemarin jarang ada sosialisasi antar Maba. Ada salah satu Maba dari luar Jawa kesulitan dalam  memperoleh informasi akademik, karena tidak percaya diri”, ujar Naufal Rafsanjani Difa, ketua BEM FMIPA.
            Kegiatan ini dilaksanakan di tiga tempat yaitu Aula FMIPA (gedung O1), Gedung Kuliah Bersama (gedung O3), Aula Matematika (gedung O7), dan SPA (gedung O8). Konsep kegiatan yang dilakukan di dalamnya adalah mewajibkan Maba memakai pita hijau di lengan kanan dan pita merah putih di lengan kiri, selain itu Maba diberi beberapa tugas review dan resume sebagai refleksi dari rutinitas perkuliahan. Harapannya pemberian tugas tersebut bisa memberikan dampak yang bermanfaat bagi mahasiswa baru dalam perkuliahannya nanti. Menurut Naufal, tugas yang diberikan sebagai bentuk latihan dari tugas wajib praktikum mahasiswa kedepannya yang tidak sedikit jumlahnya dan harus ditulis dengan tangan.

            Namun, salah satu mahasiswa angkatan 2015 dari jurusan kimia yang tidak mau disebutkan namanya memaparkan bahwa tugas-tugas yang diberikan saat Pengenalan Kehidupan Perguruan Tinggi (PKPT) tahun lalu dianggap wajar, tapi cukup melelahkan. Berbeda halnya dengan tanggapan mahasiswa baru tahun 2016 dari jurusan matematika yang namanya tidak boleh disebutkan, menyambut tugas tersebut dengan baik tanpa keluhan. (ug/el/mj//zai)

Comments

Popular posts from this blog

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

Menang Tanpa Perang

 Oleh: Fajar Dwi Affanndhi Pesta tak lagi meriah. Tidak seperti pesta yang biasa kita ketahui, hingar bingar, penuh warna-warni, dan dinanti-nanti. Pesta demokrasi di kampus ini sepi. Jangan harap perdebatan panas antar calon pemimpin. Ketika calonnya saja hanya satu. Ya, calon tunggal   tanpa lawan. Pemilu Raya, atau yang biasa kita sebut PEMIRA, kini seakan hilang greget -nya. Hampir di semua fakultas di UM terdapat calon tunggal.   Baik itu calon ketua BEM, ketua HMJ, atau bahkan yang lebih parah, calon DMF yang seharusnya dipilih lima orang dari setiap jurusan, malah hanya ada satu calon dalam satu fakultas yang notabene terdiri dari beberapa jurusan. Padahal, adanya calon tunggal bukan tidak mungkin yang terjadi mereka bakal   “menang tanpa perang”.  

Carut Marut Tempat Parkir UM: Mulai Sempitnya Lahan hingga Uang Parkir buat Jajan

      Saat ini, transportasi sudah menjadi kebutuhan primer. Berbagai macam alat transportasi diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain, apalagi jika menempuh jarak yang cukup jauh. Salah satu alat transportasi paling populer di Indonesia adalah motor. Motor sangat populer di kalangan pelajar dan mahasiswa. Setiap fakultas memiliki tempat parkir sendiri-sendiri, namun tidak mewajibkan mahasiswanya untuk memarkirkan motor berdasarkan fakultas masing-masing. Anehnya, meskipun dalam satu fakultas, berbeda tempat parkir juga berbeda sistem pengelolaannya. Hal ini dapat kita lihat di tempat parkir Fakultas Sastra (FS). Seharusnya hanya motor yang dikenai biaya parkir, tapi sepeda pun dikenai biaya parkir. Meskipun jumlah sepeda tidak seberapa dibandingkan motor, tetapi tetap saja hal ini menyalahi aturan.