Skip to main content

BEM U Tak Lengkapi Peralatan, KSR Gerak Mandiri

Kesiapan Korps Sukarela Palang Merah Indonesia Unit Universitas Negeri Malang  (KSR UM) untuk menyambut kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru Universitas Negeri Malang (PKKMB UM 2016) hari pertama masih menemui kendala. Beberapa perlengkapan kesehatan yang sebelumnya dikoordinasikan dengan BEM U masih belum lengkap.

“BEM U bertugas menyediakan tempat, tikar, dan dana. Sedangkan dari KSR menyediakan obat-obatan, personil dan menangani mahasiswa baru,” tutur Dwi Meita Sari, Ketua Umum UKM KSR UM. Namun, karena jumlah peralatan yang disiapkan oleh BEM kurang, maka pihak KSR masih harus mempersiapkan peralatan tambahan secara mandiri.
“Banyak anggota BEM U yang kebanyakan masih baru, jadi koordinasi antara KSR dan BEM U masih kurang,” ujar Dwi Meita Sari.
Dalam wawancara singkat dengan Koordinator Humas BEM U, Heru Mizbullah mengatakan segala persiapan kesehatan guna menyambut maba UM dinyatakan sudah lengkap. “Saya sudah mendatangi semua UKM yang memiliki perlengkapan kesehatan, namun mengenai kelengkapannya hal tersebut saya kurang paham.” (bww/nov//yrz)


Comments

Popular posts from this blog

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

LPJ Ajarkan Korupsi pada Mahasiswa*

Jika kita membicarakan tentang korupsi memang tidak akan pernah ada habisnya. Dari siapa yang bertanggung jawab sampai bagaimana korupsi itu selau meracuni moral bangsa Indonesia. Banyaknya koruptor juga tidak lepas dari peran pendidikan yang ada pada jenjang sekolah ataupun pendidikan yang tertanam pada keluarga sejak kecil. Kebiasaan berbohong yang di ajarkan oleh para orang tua memicu salah satu bibit-bibit koruptor. Contohnya seperti ini, ada orang tua bilang ke anaknya “nak nanti kalau ada yang mencari mama, bilang yaa mama sedang keluar” padahal si mama sedang asyik-asyik menonton TV di dalam rumah. Secara tidak langsung sang mama mengajarkan berbohong pada si anak. Ketika anak terdidik untuk tidak jujur, maka kebiasaan ini akan membentuk karakternya, apalagi tanpa adanya landasan agama yang jelas.