Skip to main content

Sajak Untuk Agen Perubahan

 *Wika Nurma
Agen perubahan
Status yang dulu kau sandang
Akankah tetap bersemayam
Ataukah pudar ditelan zaman

Dulu
Kau gulingkan kursi tirani
dari tahtanya selama ini
Jas berlumur darah menjadi saksi
dari peristiwa reformasi

Kini
Kau bungkam suara terhadap realita
Mengasingkan diri dalam gemerlapnya dunia
Starbucks menjadi arena berargumentasi
untuk membahas fashion terkini
Senayan City tempat mencari inspirasi
Ketika hedonisme menghampiri
Permen kecil peningkat euforia menjadi teman bercanda
di saat depresi melanda

Tahukah kau?
Teriakan klakson dan deru mesin meraung
Menjadi irama klasik di negeri ini
Jeritan kelaparan anak jalanan
Menggema di setiap sudut ruangan
Tua-muda berkeliaran tak karuan
Menantang ketidakpastian hidup yang mereka perjuangkan
Cukong-cukong tertawa bahagia
Menikmati alam Indonesia
Petani kecil menangis meringis
Melihat ladangnya habis



Kau yang dulu dielu-elukan
Kini hanya menjadi bahan omongan
Lengamnu gamang untuk memecahkan persoalan
tentang carut-marut kehidupan

Bangunlah!
Jangan biarkan dirimu terjajah keadaan
Terkikis habis jiwa apatis
Melupakan berpikir kritis

*Pegiat LPM Siar, Jurusan Sastra Indonesia

Comments

Popular posts from this blog

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

LPJ Ajarkan Korupsi pada Mahasiswa*

Jika kita membicarakan tentang korupsi memang tidak akan pernah ada habisnya. Dari siapa yang bertanggung jawab sampai bagaimana korupsi itu selau meracuni moral bangsa Indonesia. Banyaknya koruptor juga tidak lepas dari peran pendidikan yang ada pada jenjang sekolah ataupun pendidikan yang tertanam pada keluarga sejak kecil. Kebiasaan berbohong yang di ajarkan oleh para orang tua memicu salah satu bibit-bibit koruptor. Contohnya seperti ini, ada orang tua bilang ke anaknya “nak nanti kalau ada yang mencari mama, bilang yaa mama sedang keluar” padahal si mama sedang asyik-asyik menonton TV di dalam rumah. Secara tidak langsung sang mama mengajarkan berbohong pada si anak. Ketika anak terdidik untuk tidak jujur, maka kebiasaan ini akan membentuk karakternya, apalagi tanpa adanya landasan agama yang jelas.