Skip to main content

Refleksi Sumpah Pemuda: Aksi Damai Mahasiswa UM



Refleksi secara harfiah dapat diartikan sebagai cerminan. Refleksi Sumpah Pemuda adalah bagaimana pemuda di era sekarang mencerminkan kembali makna dari Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada 87 tahun silam, tepatnya tanggal 28 Oktober. Salah satu aksi refleksi Sumpah Pemuda yakni seperti yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) pagi kemarin (28/10). Puluhan mahasiswa UM melakukan aksi damai memperingati Hari Sumpah Pemuda.         

   
Puluhan mahasiswa UM melakukan aksi damai memperingati Sumpah Pemuda

 Aksi ini dimulai pukul 09.57 WIB di gerbang UM Jalan Surabaya. Diawali dengan menyanyikan lagu wajib Indonesia Raya, pembacaan ikrar Sumpah Pemuda dan Sumpah Mahasiswa. Kemudian para peserta aksi berjalan sambil berorasi dari gerbang UM jalan Surabaya ke dalam kampus, melewati gedung Fakultas Ilmu Sosial, Fakultas Teknik, depan Masjid Al-Hikmah, dan berakhir di parkiran gedung rektorat. Selama aksi berlangsung, para peserta juga menggalang donasi kepada pengguna jalan dan mahasiswa di dalam kampus yang nantinya disalurkan kepada korban bencana asap di Propinsi Riau dan Pulau Kalimantan.

Dalam aksi yang bertema “Mengembalikan Fungsi Mahasiswa Sebagai Peran Pemuda Indonesia”. Peserta mengajukan tiga tuntutan yang diharapkan segera terlaksana. Pertama, pembentukan segera Tim Investigasi pembakaran lahan yang terjadi di Propinsi Riau dan Pulau Kalimantan. Kedua,  pemaksimalan ekonomi kreatif dalam rangka penguatan perekonomian, khususnya nilai tukar rupiah, dan yang ketiga, menentang revisi Rancangan Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (RUU KPK) No. 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang diduga akan melemahkan KPK. Tiga tuntuntan tersebut juga ditandatangani oleh sebagian civitas akademika UM, termasuk rektor UM.                                                                                                          
                    
Aksi yang dikawal polisi ini berjalan dengan aman dan tertib. Sebelumnya, koordinator aksi, Ali Mahmud, menjelaskan bahwa perwakilan dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sudah mengurus perizinan, baik kepada pihak yang menjaga keamanan di dalam kampus maupun pihak kepolisian.                        
             
Ditemui di depan sekretariat BEM UM, Presiden BEM Mukhammad Rofiuddin mengatakan bahwa aksi semacam ini memang perlu diadakan. Mengingat perlunya kebangkitan para pemuda di lingkungan kampus UM sendiri. Disinggung masalah jumlah peserta aksi yang sedikit, mengingat UM sendiri mempunyai puluhan ribu mahasiswa, dia menambahkan bahwa tidak ada sosialisasi yang kurang, serta tidak ada kuota jumlah peserta karena tujuan dari acara ini adalah refleksi sumpah pemuda. “Untuk peserta kami tidak mentarget, yang terpenting tujuannya itu tersampaikan”, terang Rofiuddin. Salah seorang peserta, Ali Munawar menyatakan alasannya mengikuti aksi ini sebagai wujud partisipasinya mengkritisi masalah yang sedang terjadi di negeri ini.  (fjr/yrz)

Comments

Popular posts from this blog

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

LPJ Ajarkan Korupsi pada Mahasiswa*

Jika kita membicarakan tentang korupsi memang tidak akan pernah ada habisnya. Dari siapa yang bertanggung jawab sampai bagaimana korupsi itu selau meracuni moral bangsa Indonesia. Banyaknya koruptor juga tidak lepas dari peran pendidikan yang ada pada jenjang sekolah ataupun pendidikan yang tertanam pada keluarga sejak kecil. Kebiasaan berbohong yang di ajarkan oleh para orang tua memicu salah satu bibit-bibit koruptor. Contohnya seperti ini, ada orang tua bilang ke anaknya “nak nanti kalau ada yang mencari mama, bilang yaa mama sedang keluar” padahal si mama sedang asyik-asyik menonton TV di dalam rumah. Secara tidak langsung sang mama mengajarkan berbohong pada si anak. Ketika anak terdidik untuk tidak jujur, maka kebiasaan ini akan membentuk karakternya, apalagi tanpa adanya landasan agama yang jelas.