Skip to main content

Engagement Kompas Dengan Insan Persma Malang



 Sebanyak 51 delegasi Lembaga Pers Mahasiswa  (LPM) se-Malang Raya menghadiri  gathering pers mahasiswa (persma) di aula perpustakaan Universitas Negeri Malang (UM) pada Minggu (25/10). Acara tersebut diselenggarakan  oleh Kompas  bekerja sama dengan LPM Siar UM sebagai bentuk engagement Kompas dengan insan persma Malang. Meskipun begitu, ada pula beberapa delegasi dari persma Surabaya, di antaranya persma ITS, UNAIR, dan UIN Surabaya. Dalam kegiatan kumpul-kumpul persma ini juga diadakan workshop dengan tema “Media Cetak: Diferensiasi dalam Arus Kekinian”. 

Kompas menghadirkan empat pemateri, yaitu Wisnu Nugroho (Editor Desk Muda), Ardani Hendarta (Bussiness Representative Manager Kompas Jawa Timur), Sakti Nur Aji (Area Sales Manager), Vincentia Sulyana (Community Engagement Specialist). Selama acara berlangsung peserta begitu antusias. Hal itu terlihat dari interaksi mereka dengan pemateri. Banyak pertanyaan yang diajukan peserta mengenai materi yang disampaikan penyaji, terutama mengenai persma. 

Lutfi, delegasi dari LPM Didaktik Universitas Muhammadyah Malang (UMM) menanyakan mengenai bagaimana pergerakan  persma sebagai media kampus bisa tetap menjaga eksistensinya. “Yang pertama adalah pembiayaan,” jawab Wisnu Nugroho yang akrab dipanggil Bang Inu itu.  Bang Inu juga memberi solusi, untuk menjaga eksistensi, persma harus konsisten dalam menulis. “Tulis dan kirim ke media,” tantang Bang Inu pada para mahasiswa untuk mengirim tulisan-tulisannya ke media sebanyak mungkin. Dia memaparkan, Kompas siap mengapresiasi tulisan-tulisan para kaum muda. 

Tulis dan kirim ke Media: Salah satu pesan Wisnu Nugroho kepada persma
Para pemateri yang hadir sangat kompeten dalam bidangnya. Tidak hanya mengenai kepenulisan, dalam gahtering kali ini, materi-materi yang disampaikan juga tentang cara menjadi media cetak yang baik dan tetap bertahan dalam perkembangan zaman. Salah satunya mengenai peran iklan dalam meningkatkan pendapatan persma yang disampaikan oleh Ardani Hendarta.  Dani berbagi tips bagaimana memperoleh pembiayaan terutama melalui iklan sehingga media dalam hal ini persma tetap bisa bertahan dari segi pendanaan.  

Fahmi, Direktur LPM Siar berpendapat, dengan adanya acara ini persma dapat memperoleh solusi alternatif  dalam bidang pendanaan yang selama ini menjadi hambatan utama. “Acara ini dapat dijadikan forum untuk mengumpulkan elemen persma dalam rangka menggali eksistensi gerakan mahasiswa,” tegas Fahmi.  

Secara keseluruhan, Bang Inu menilai acara berlangsung sangat seru meskipun undangan terbatas. Ketika diwawancarai mengenai harapannya terhadap persma yang ada di Malang, ayah dari tiga orang anak ini berharap persma di Malang terus menjaga eksistensinya dengan banyak mengirim karya ke media. Sebab, selama dia menjadi editor, dia merasa masih belum banyak mahasiswa yang mengirim tulisannya ke media, salah satunya Kompas. (fjr/yna)

Comments

Popular posts from this blog

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

LPJ Ajarkan Korupsi pada Mahasiswa*

Jika kita membicarakan tentang korupsi memang tidak akan pernah ada habisnya. Dari siapa yang bertanggung jawab sampai bagaimana korupsi itu selau meracuni moral bangsa Indonesia. Banyaknya koruptor juga tidak lepas dari peran pendidikan yang ada pada jenjang sekolah ataupun pendidikan yang tertanam pada keluarga sejak kecil. Kebiasaan berbohong yang di ajarkan oleh para orang tua memicu salah satu bibit-bibit koruptor. Contohnya seperti ini, ada orang tua bilang ke anaknya “nak nanti kalau ada yang mencari mama, bilang yaa mama sedang keluar” padahal si mama sedang asyik-asyik menonton TV di dalam rumah. Secara tidak langsung sang mama mengajarkan berbohong pada si anak. Ketika anak terdidik untuk tidak jujur, maka kebiasaan ini akan membentuk karakternya, apalagi tanpa adanya landasan agama yang jelas.