Skip to main content

Usai PKPT, Maba FMIPA Masih Kumpul


Universitas Negeri Malang (12/08), PKPT hari ketiga tingkat Universitas telah selesai. Seperti biasa, seusai PKPT pihak panitia selalu menginformasikan kepada seluruh mahasiswa baru (Maba) bahwa tidak ada pengondisian dalam jenis apapun seusai PKPT. Akan tetapi, sekitar pukul 16.30 WIB, para maba Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) berkumpul di taman barat Stadion Graha Cakrawala. Menurut salah seorang mahasiswa baru Jurusan Fisika, informasi pengondisian itu didapat dari web Badan Eksekutif Mahasiswa.


Para maba FMIPA berkumpul tak lama, mulai dari sore sekitar pukul 16.30 WIB hingga pukul 17.00 WIB bersama masing-masing kelompok yang sudah ditentukan oleh panitia.“Tadi pengumuman dari mbak mas-nya sudah selesai sekitar pukul lima, tapi teman-teman masih kumpul sama kelompoknya” ujar Fajar, maba jurusan fisika. Salah seorang mahasiswa baru jurusan Kimia Murni, Lili, menyatakan bahwa mereka mendapatkan informasi dari kakak-kakak pendamping dari FMIPA setelah usai pelaksanaan PKPT.


Dalam pengondisian pengumpulan maba tersebut, maba dibagi dalam beberapa kelompok. Informasi bagian kelompok ini didapat dari web Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam (BEM FMIPA). Acara pengumpulan maba ini dimulai pukul 15.00 WIB sampai maghrib. Acara tersebut diadakan untuk memberikan informasi kepada maba FMIPA tentang tugas dan persiapan untuk PKPT hari selanjutnya, serta memberitahu tentang pelaksanaan placement test. Mereka sudah dikumpulkan selama dua hari.
 

Miftahul Huda,Dewan Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (DMF FMIPA), menjelaskan bahwa pengondisian ini terkait dengan persiapan Placement test. Tes ini diadakan untuk menyaring maba untuk kelas bilingual yang dilaksanakan di masing-masing jurusan.“Setahu saya (tes, Red) itu hari sabtu, terus siangnya di Graca, saya dikonfirmasi Pak BEM katanya Kamis,”jelas Miftahul Huda. Bagus Adi Prasetya, Ketua BEM FMIPA, sampai berita ini ditulis belum bisa mengklarifikasi masalah tersebut.


Saat dikonfirmasi mengenai hal ini, Ahmad Rofiudin, Presiden Mahasiswa UM 2015, juga baru mengetahui kejadian tersebut. Namun, untuk kejelasan mengenai alasan dan tujuan pengondisian maba FMIPA dia tidak tahu-menahu karena sebelumnya memang tidak ada koordinasi antara BEM FMIPA dan BEM UM. Dia juga menuturkan bahwa mereka sudah mengklarifikasi kepada Wakil Rektor III, Imam Khotib, serta ketua Pelaksana PKPT dari Universitas tidak boleh ada pengondisian maba setelah berakhirnya PKPT hari ketiga di Gedung Graha Cakrawala. (wka/fjr/mbr//ahl)

Comments

Popular posts from this blog

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

LPJ Ajarkan Korupsi pada Mahasiswa*

Jika kita membicarakan tentang korupsi memang tidak akan pernah ada habisnya. Dari siapa yang bertanggung jawab sampai bagaimana korupsi itu selau meracuni moral bangsa Indonesia. Banyaknya koruptor juga tidak lepas dari peran pendidikan yang ada pada jenjang sekolah ataupun pendidikan yang tertanam pada keluarga sejak kecil. Kebiasaan berbohong yang di ajarkan oleh para orang tua memicu salah satu bibit-bibit koruptor. Contohnya seperti ini, ada orang tua bilang ke anaknya “nak nanti kalau ada yang mencari mama, bilang yaa mama sedang keluar” padahal si mama sedang asyik-asyik menonton TV di dalam rumah. Secara tidak langsung sang mama mengajarkan berbohong pada si anak. Ketika anak terdidik untuk tidak jujur, maka kebiasaan ini akan membentuk karakternya, apalagi tanpa adanya landasan agama yang jelas.