Skip to main content

Sambut Maba, BEM FIP Siapkan Buku



Berbeda dengan PKPT tahun 2014, BEM FIP lebih serius dan matang persiapkan PKPT tahun 2015. Rencananya BEM FIP akan menerbitkan buku yang berjudul Mengapa Aku Jadi Mahasiswa untuk mahasiswa baru tahun 2015. “Jadi ya memang serius PKPT kita kali ini, kita buatkan modul PKPT meskipun tanpa sepengetahuan fakultas,” jelas Riki Anggrian, Ketua BEM FIP. Walaupun begitu, Riki mengatakan bahwa kata pengantar buku tersebut  ditulis oleh Dekan dan Wakil Dekan III FIP. 

Meskipun tak ada izin hitam di atas putih dari pihak fakultas, BEM FIP tak gentar sama sekali menjual buku ini ke mahasiswa baru saat PKPT hari terakhir. “Penjualan buku ini tetap dilakukan, Mas, kita menjual kebaikan kok,” kata Riki Anggrian. Ketua BEM FIP menjelaskan Buku yang dibuat anak-anak BEM FIP dan Mahasiswa Peneliti dan Penulis Produktif (MP3) ini berisi tentang bagaimana cara menjadi mahasiswa yang baik.

Buku tersebut akan dipromosikan kepada mahasiswa baru di sela-sela waktu istirahat hari terakhir PKPT. BEM FIP memang tidak mewajibkan mahasiswa baru untuk membeli buku yang International Standart Book Number (ISBN)-nya sudah masuk jurnal resmi ini, namun di dalam promosinya nanti BEM FIP menganjurkan untuk membeli buku ini. “Tidak diwajibkan untuk membeli buku tersebut, yang terpenting kemauan individu,” kata Riki Anggrian.

Rencana BEM FIP ini mendapat respon dari Fajar Ilman Aulia, Koordinator Komisi Konstitusi DMF FIP. “Selama tidak keluar  dari peraturan PKPT, itu (buku Mengapa Aku Jadi Mahasiswa, red.) nggak papa, karena di peraturan PKPT tidak dijelaskan boleh jualan atau tidak,” kata Fajar Ilman Aulia. Respon juga datang dari Ketua DMF FIP, Maksum Akbar. Dia tidak mempermasalahkan BEM FIP jualan buku asalkan promosinya tidak mewajibkan mahasiswa baru FIP untuk membeli buku tersebut. “Tergantung promosi seperti gimana, kalau nanti misalkan BEM promosinya: kalian harus beli ini wajib bla bla dan lain sebagainya, kalau ndak beli, nanti ini baru kami larang,” jelas Maksum Akbar. (ing/zna//yna).

Comments

Popular posts from this blog

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

Menang Tanpa Perang

 Oleh: Fajar Dwi Affanndhi Pesta tak lagi meriah. Tidak seperti pesta yang biasa kita ketahui, hingar bingar, penuh warna-warni, dan dinanti-nanti. Pesta demokrasi di kampus ini sepi. Jangan harap perdebatan panas antar calon pemimpin. Ketika calonnya saja hanya satu. Ya, calon tunggal   tanpa lawan. Pemilu Raya, atau yang biasa kita sebut PEMIRA, kini seakan hilang greget -nya. Hampir di semua fakultas di UM terdapat calon tunggal.   Baik itu calon ketua BEM, ketua HMJ, atau bahkan yang lebih parah, calon DMF yang seharusnya dipilih lima orang dari setiap jurusan, malah hanya ada satu calon dalam satu fakultas yang notabene terdiri dari beberapa jurusan. Padahal, adanya calon tunggal bukan tidak mungkin yang terjadi mereka bakal   “menang tanpa perang”.  

Carut Marut Tempat Parkir UM: Mulai Sempitnya Lahan hingga Uang Parkir buat Jajan

      Saat ini, transportasi sudah menjadi kebutuhan primer. Berbagai macam alat transportasi diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain, apalagi jika menempuh jarak yang cukup jauh. Salah satu alat transportasi paling populer di Indonesia adalah motor. Motor sangat populer di kalangan pelajar dan mahasiswa. Setiap fakultas memiliki tempat parkir sendiri-sendiri, namun tidak mewajibkan mahasiswanya untuk memarkirkan motor berdasarkan fakultas masing-masing. Anehnya, meskipun dalam satu fakultas, berbeda tempat parkir juga berbeda sistem pengelolaannya. Hal ini dapat kita lihat di tempat parkir Fakultas Sastra (FS). Seharusnya hanya motor yang dikenai biaya parkir, tapi sepeda pun dikenai biaya parkir. Meskipun jumlah sepeda tidak seberapa dibandingkan motor, tetapi tetap saja hal ini menyalahi aturan.