Skip to main content

Melalui Poster, FIP Ajarkan MABA Tri Dharma Perguruan Tinggi

     Panitia PKPT Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) memperkenalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi pada mahasiswa baru 2015. Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah salah satu tujuan yang harus dicapai oleh perguruan tinggi. Visi ini diperkenalkan melalui tugas yang diberikan kepada maba FIP. Tugas ini dikerjakan dalam kelompok yang rata – rata berisi 30 orang. Tugas yang wajib dikumpulkan oleh setiap kelompok berupa tiga poster bertema tri dharma perguruan tinggi.

    Alfin Ibadus Sholeh, Ketua Pelaksana PKPT FIP menjelaskan mengenai tugas bertema tri dharma ini. Tugas tersebut berupa mencari tahu tentang Tri Dharma dan cara mengaplikasikannya. Maba diminta mencari permasalahan konstekstual terkait pendidikan, penelitian, dan pengabdian. “Tadi mahasiswa bahas macem-macem, ada yang kebersihan, tentang sampah, ada yang pendidikan, ada yang penelitian. Karena tiga konteks itu tadi” ujar mahasiswa prodi Pendidikan Luar Sekolah tersebut.

    Ketika ditanya apakah tidak kahawatir tugas ini akan memberatkan maba, Alfin menyatakan setiap kali panitia memberikan tugas kepada peserta PKPT, panitia selalu memberi kesempatan pada para peserta untuk bertanya atau mengungkapkan keberatannya terhadap tugas yang diberikan. Alfin juga mengungkapkan, panitia selalu memberikan penjelasan kepada peserta tentang tujuan dan alasan pemberian tugas

   Dana Kurniawan, maba Prodi Teknologi Pendidikan (TEP) menanggapi positif tugas yang diberikan panitia dan mengaku tidak keberatan. ”Nggak (keberatan, red) sih, karena kan mungkin mereka ngasih tugasnya ya biar kita bisa beradaptasi dengan sistem perkuliahan disini,” jelasnya.

     Ketika ditanya apakah panitia menjelaskan tujuan dan  alasan pemberian tugas, Dana mengiyakan. ”Ya dijelasin. Ternyata alasannya untuk membiasakan kita dengan tugas yang banyak dari dosen nanti dan untuk  bersosialisasi dengan jurusan lain,” ujar mahasiswa asal Surabaya tersebut.

    Hal senada diungkapkan oleh Dian Erika Putri, maba Prodi Administrasi Pendidikan (AP). Ia mengaku tugas yang diberikan panitia tidak memberatkan karena dikerjakan berkelompok. Ia juga menganggap tugas ini bermanfaat bagi maba. ”Ya, kalau saya mikirnya kita dilatih buat bekerja kelompok, terus beradaptasi sama lingkungannya, terus juga dilihat dari temanya kan tri dharma, pendidikan, penelitian dan  pengabdian,” kata Dian.
 
Mahasiswa Difable Didampingi dan Diberi Tugas yang Sama
     FIP menerima lima maba difable tahun ini. Antara lain satu orang tuna netra, satu orang low vision (penyandang penglihatan kurang), satu orang  tuna rungu dan dua orang tuna daksa. Alfin mengatakan, karena tugas yang diberikan tidak terlalu berat, maba penyandang difabilitas juga mendapat tugas yang sama seperti mahasiswa lainnya. “Tugasnya tidak terlalu menguras fisik, hanya terkait bagaimana mereka berfikir,” ungkapnya.

   Panitia PKPT FIP juga menyediakan pendamping bagi maba difable tersebut. Bagi maba penyandang tuna rungu, panitia menyediakan panitia tambahan untuk membantu mereka berkomunikasi. Panitia tambahan tersebut berasal dari anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Biasa. (lov/nad//ahl)

Comments

Popular posts from this blog

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

LPJ Ajarkan Korupsi pada Mahasiswa*

Jika kita membicarakan tentang korupsi memang tidak akan pernah ada habisnya. Dari siapa yang bertanggung jawab sampai bagaimana korupsi itu selau meracuni moral bangsa Indonesia. Banyaknya koruptor juga tidak lepas dari peran pendidikan yang ada pada jenjang sekolah ataupun pendidikan yang tertanam pada keluarga sejak kecil. Kebiasaan berbohong yang di ajarkan oleh para orang tua memicu salah satu bibit-bibit koruptor. Contohnya seperti ini, ada orang tua bilang ke anaknya “nak nanti kalau ada yang mencari mama, bilang yaa mama sedang keluar” padahal si mama sedang asyik-asyik menonton TV di dalam rumah. Secara tidak langsung sang mama mengajarkan berbohong pada si anak. Ketika anak terdidik untuk tidak jujur, maka kebiasaan ini akan membentuk karakternya, apalagi tanpa adanya landasan agama yang jelas.