Skip to main content

Kurang Koordinasi, Penjadwalan dan Pendataan Presentasi UKM Ribet

  Demo UKM kembali meramaikan serangkaian acara PKPT, kali ini tiap-tiap UKM mempresentasikan dengan jelas tentang UKM mereka  di setiap fakultas. Ketika di konfirmasi ke Kepala Sub Bagian Umum Fakultas Ekonomi (Kasubag FE) Harinto, S.E. perihal bagaimana pelaksanaan PKPT fakultas yang dimana dibubuhi dengan agenda Demo UKM, hal mengejutkan datang  dari Harinto. “Sampai hari H pelaksanaan presentasi UKM, pihak UKM tidak ngasih tahu berapa jumlah personil UKM yang presentasi  ke kita, sehingga kita sulit menjadwal,” jelas Rinto. Rinto menjelaskan bahwa pihak fakultas kesulitan mendata jadwal presentasi UKM dan juga data siapa saja anggota UKM yang akan mengisi presentasi. Sehingga sampai hari H pelaksanaan pesentasi UKM, pihak fakultas juga belum melaporkan ke panitia bagian konsumsi tentang berapa jatah konsumsi untuk personil UKM.


   Hal ini berbeda dari PKPT tahun sebelumnya yang sudah terjadwal rapi, mulai dari urutan presentasi UKM, berapa jumlah personil dan nama personil yang akan presentasi. Mengenai hal tersebut, datang respon dari Ketua Umum Unit Kegiatan Mahaiswa Penulis (UKMP) Syahrul Saputra. “Kami memang tidak dapat himbauan dari pihak fakultas (ekonomi, red) untuk menyampaikan berapa personil, dan siapa saja presentator UKMP,” jelas Syahrul. Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin 2012 ini juga menjelaskan bahwa fakultas lain sudah mengkonfirmasi kepada UKMP tentang ketentuan jumlah personil yang akan menjadi presentator. Selain itu, salah seorang presentator dari UKM Penulis, Ahmad Fathoni, menerangkan bahwa ia tidak mendapat konsumsi dari fakultas ekonomi seusai presentasi.

   Hal yang sama juga diungkapkan Bayu, Ketua Umum UKM Ikatan Pecinta Retorika Indonesia (IPRI). “Dari awal memang kita tidak dikasih himbauan untuk menyetorkan ke fakultas-fakultas mengenai jumlah personil presentasi UKM,” ungkap Bayu. Mahasiswa Jurusan Psikologi 2012 ini menjelaskan bahwa pihak fakultas juga tidak meminta UKM IPRI untuk segera menyetorkan jumlah dan nama personil yang presentasi UKM.

     UKMP dan UKM-IPRI tidak mengetahui siapa sebenarnya yang salah dalam hal ini. Entah itu dari pihak fakultas yang tidak menghimbau atau pihak UKM nya sendiri yang kurang inisiatif untuk melaporkan jumlah dan nama personil yang presentasi UKM. “Kami juga tidak tahu siapa yang salah, kalau saya pikir sih dari UKMP sendiri juga kurang peka untuk melaporkan jumlah dan nama personil yang akan tampil presentasi,” jelas Syahrul. Hal yang sama juga diungkapkan Bayu. “Nggak tau sih siapa yang salah,” ungkap Bayu. (fjr/ing//ony)

Comments

Popular posts from this blog

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

LPJ Ajarkan Korupsi pada Mahasiswa*

Jika kita membicarakan tentang korupsi memang tidak akan pernah ada habisnya. Dari siapa yang bertanggung jawab sampai bagaimana korupsi itu selau meracuni moral bangsa Indonesia. Banyaknya koruptor juga tidak lepas dari peran pendidikan yang ada pada jenjang sekolah ataupun pendidikan yang tertanam pada keluarga sejak kecil. Kebiasaan berbohong yang di ajarkan oleh para orang tua memicu salah satu bibit-bibit koruptor. Contohnya seperti ini, ada orang tua bilang ke anaknya “nak nanti kalau ada yang mencari mama, bilang yaa mama sedang keluar” padahal si mama sedang asyik-asyik menonton TV di dalam rumah. Secara tidak langsung sang mama mengajarkan berbohong pada si anak. Ketika anak terdidik untuk tidak jujur, maka kebiasaan ini akan membentuk karakternya, apalagi tanpa adanya landasan agama yang jelas.