oleh: Hana Anggita*
supartaphoto.com |
Indonesia merupakan negara dengan kemajemukan yang
tinggi. Indikatornya adalah beragamnya suku, bangsa, ras, agama, budaya, dsb.
Walaupun konflik bersifat inhernt
yang berarti melekat atau menyerta dalam kehidupan masyarakat, namun sangat
beresiko tinggi terjadi pada masyarakat yang kemajemukannya tinggi.
Salah satu konflik di Indonesia yang pernah terjadi
atau bahkan masih berlangsung adalah pertentangan antara masyarakat Samin dan
salah satu perusahaan semen yakni PT Semen Indonesia Tbk. Konflik ini terjadi
dikarenakan tiga hal mendasar dalam kasus Samin
vs Seme,n yaitu pejabat pemerintah Bibit Waluyo yang
pada waktu itu menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah mengeluarkan SK tentang
izin lingkungan untuk pembangunan pabrik semen, sosialisasi yang diberikan
hanya kepada pamong-pamong desa dan pernyataan akademisi UGM sebagai saksi
terkait tentang Analisis dampak lingkungan (Amdal) yang dibuat mengenai air di
gunung yang dikatakan tidak ada aliran air, tapi
setelah ditelusuri melalui ekspedisi maupun amdal dari ahli geologi lain
terdapat aliran air.
Bahkan hal yang ditampilkan dalam
kasus Samin vs Semen pada versi film dokumenternya bukan hanya mengenai sumber
dari permasalahannya, melainkan juga cuplikan bagaimana para wanita berusaha
melakukan protes dan mencegah pembangunan pabrik hingga mereka harus
dipindahkan secara paksa serta mendapatkan teguran keras dari aparat. Inilah
salah satu contoh dari konflik yang berkembang menjadi kekerasan yang tidak
disadari.
Sebagai suatu kondisi alamiah dalam kehidupan, konflik
dapat berakibat baik atau buruk. Oleh karena itu manajemen konflik diperlukan,
agar tidak menimbulkan perpecahan dan disintegrasi bangsa. Conflict resolution methods atau metode penyelesaian konflik
digambarkan oleh Hodge dan Anthony (1991) sebagai berikut. Pertama, penggunaan kekuasaan dan kewenangan agar konflik dapat
diredam. Terkadang cara ini mengandung unsur paksaan yang dapat menimbulkan
reaksi negatif lainnya. Kedua,
penyelesaian konflik dengan smoothing atau
penghalusan. Cara-cara kompromis diharapkan dapat menyelesaikan konflik antar
sesama dikarenakan suasana kekeluargaan yang diterapkan oleh pihak-pihak yang
berselisih. Ketiga, demokratis adalah
cara terakhir penyelesaian konflik. Pendapat yang dikemukakan dan penjelasan
akan kebenaran pendapat masing-masing pihak merupakan peluang untuk terjadinya
perdamaian. Sehingga tercipta keterbukaan dan saling memahami akan hal yang
diinginkan.
Banyak orang yang memandang bahwa konflik itu buruk
karena dapat menimbulkan stress, memunculkan kejahatan dan sabotase kegiatan. Seperti
pada kasus Samin kontra perusahaan semen yang akhirnya melakukan sabotase
kegiatan dikarenakan tidak bertemunya titik temu di antara keduanya. Namun ada
hal lain yang dapat dipelajari dari konflik, yakni persatuan. Bukan hanya
mendorong orang untuk berpikir dalam menganalisis sumber masalah dan memecahkan
persoalan, melainkan juga sarana membentuk persatuan dan kesatuan. Dalam film
dokumenternya digambarkan bagaimana masyarakat Samin berusaha mengumpulkan
anggotanya dan mengingat kembali identitas mereka sebagai manusia yang harus
menjaga kelangsungan hidup keturunannya hanya dengan bertani. Hal itu
membuktikan bahwa konflik dapat mendorong masyarakat mengidentifikasi dirinya
kembali dikarenakan pembelaan yang mereka lakukan. Hal ini mendorong mereka
untuk bersatu karena sadar suara dari banyak orang dapat berpengaruh sangat
besar. Singkat kata, cara pandang dan penyelesaian konflikah yang lebih baik
dipahami oleh masyarakat serta menghindari provokasi yang berlebihan. Bagaimana
hal itu dapat menumbuhkan nasionalisme kebangsaan merupakan hal yang sebaiknya
diperhatikan pemerintah dengan menyatukan perbedaan lokal menjadi wawasan
nasional yang beradab. Sehingga bangsa yang “do local, think global” dapat tercipta.
*mahasiswi jurusan Sastra Jerman angkatan 2014
Comments
Post a Comment