Skip to main content

2 Bulan Lampu Mati, Picu Kekhawatiran Warga UM



Selama dua bulan belakangan ini sepanjang jalan di depan perpustakaan pusat Universitas Negeri Malang (UM) dan gedung pascasarjana UM terlihat gelap tanpa adanya penerangan berupa lampu jalan yang memadai. Jalan yang selalu dilewati puluhan mahasiswa UM ketika malam ini biasanya diterangi lampu jalan yang menyala terang. Tapi kini prasarana yang meskipun kecil tapi penting ini tidak lagi menyala sehingga jalan yang gelap gulita menyebabkan kekhawatiran dan ketakutan para pengguna jalan yang notabene adalah mahasiswa UM.
Menurut Gunawan, salah satu satpam UM yang berjaga di pos satpam gerbang Jalan Semarang, pihaknya sudah melaporkan pada pihak pengurus sarana prasarana UM terkait matinya lampu jalan depan perpustakaan dan gedung pascasarjana sejak dua bulan lalu. Kondisi lampu jalan di area itu tidak menentu, terkadang menyala dan terkadang mati. Tapi sejak kampus memasuki masa liburan dua minggu belakangan ini, kondisi matinya lampu jalan semakin parah. Kini setiap malam, jalan depan perpustakaan dan gedung pascasarjana terlihat gelap total.

Menurut Dini, salah seorang mahasiswa UM yang sering melewati jalan depan gedung pascasarjana ketika malam, matinya prasarana lampu jalan sangat menganggu dan membuatnya takut. Apalagi ia sering pulang di atas jam sembilan malam karena sibuk beraktivitas di UKM IPRI. “Kalau masalah mati lampu ya sebaiknya meskipun liburan jangan dimatikan lah lampunya, soalnya kita yang sibuk organisasi kan juga masih penghuninya universitas ini , jadi belum pulang, masih lalu lalang di jalan. Jadi diusahakan jangan mati lampu dulu lah kecuali kalau bener – bener sudah gak ada penghuinya lagi di kampus”, kata Dini. Menurutnya jalan yang gelap rawan pencurian atau tindak kriminalitas seperti begal yang saat ini sedang marak.

Meskipun perihal matinya lampu jalan ini telah dilaporkan dua bulan lalu oleh pihak satpam, tapi belum ada tindakan atau tanggapan apapun dari pihak rektorat yang bertanggung jawab atas masalah prasarana lampu jalan ini. Gunawan, mengungkapkan, matinya lampu jalan ini membuat pihak satpam kurang leluasa dalam mengawasi keamanan di wilayah UM. “ Ya kalau gelap kan kita mantaunya kurang bebas. Kan kalau jalannya terang, dari jauh saja sudah kelihatan. Kalau terang gitu kan enak”, terang satpam berambut cepak ini

Gunawan mengaku pihaknya juga tidak mengetahui penyebab matinya lampu jalan di area tersebut. “ Saya sendiri juga gak tahu, karena gak ngerti masalah elektro. Ya mungkin kabelnya putus atau lampunya memang waktunya ngganti, katanya.

Lampu jalan yang mati sejak dua bulan lalu dan belum adanya perbaikan hingga saat ini menyebabkan jalan yang gelap dan rawan menjadi lokasi terjadinya tindak kriminalitas. Terkait rawannya kriminalitas yang terjadi di area gelap tersebut, gunawan mengaku para satpam meningkatkan keamanan dengan meningkatkan patroli yang rutin dilakukan tiga kali setiap harinya, yaitu pagi, sore dan malam. “Patroli lebih ditingkatkan di daerah yang gelap-gelap”, jelasnya.

Salah satu mahasiswa penghuni Rusunawa putra, Nyoman, yang juga sering melewati jalan depan perpus dan gedung pascasarjana, mencoba berpikir positif terkait lampu jalan yang mati dan belum diperbaiki hingga sekarang tersebut. “Yah mungkin masih butuh proses”, katanya. Nyoman mengaku dulu ia pernah mengikuti program Sarjana Mengajar di Daerah Terpencil, Terluar, Tertinggal (SM-3T), tepatnya di Nusa Tenggara Timur, perbatasan Indonesia dan Timor Leste. Nyoman mengungkapkan di daerah perbatasan itu listrik dan air bersih sangat susah didapat, sehingga ia sudah terbiasa dengan kondisi fasilitas dan prasarana yang kurang.  

Akan tetapi kondisi dan lokasi UM tidak dapat disamakan dengan kondisi daerah terpencil, terluar dan tertinggal seperti daerah tujuan program SM3T. UM memiliki banyak mahasiswa yang membutuhkan prasarana yang memadai untuk menunjang kegiatan akademis. Lampu jalan dan Wi-Fi adalah salah satu prasarana yang vital bagi mahsiswa. Matinya lampu jalan dan penerangan di titik-titik hot spot menyebabkan terganggunya kegiatan mahasiswa mengakses internet yang telah menjadi salah satu kebutuhan utama dalam pencarian sumber ilmiah dan bahan akademis yang digunakan untuk memenuhi tuntutan perkuliahan. Oleh karena itu sudah sepatutnya perbaikan prasarana lampu jalan dan penerang titik hot spot segera dilaksanakan. (lov//ahl)

Comments

Popular posts from this blog

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

LPJ Ajarkan Korupsi pada Mahasiswa*

Jika kita membicarakan tentang korupsi memang tidak akan pernah ada habisnya. Dari siapa yang bertanggung jawab sampai bagaimana korupsi itu selau meracuni moral bangsa Indonesia. Banyaknya koruptor juga tidak lepas dari peran pendidikan yang ada pada jenjang sekolah ataupun pendidikan yang tertanam pada keluarga sejak kecil. Kebiasaan berbohong yang di ajarkan oleh para orang tua memicu salah satu bibit-bibit koruptor. Contohnya seperti ini, ada orang tua bilang ke anaknya “nak nanti kalau ada yang mencari mama, bilang yaa mama sedang keluar” padahal si mama sedang asyik-asyik menonton TV di dalam rumah. Secara tidak langsung sang mama mengajarkan berbohong pada si anak. Ketika anak terdidik untuk tidak jujur, maka kebiasaan ini akan membentuk karakternya, apalagi tanpa adanya landasan agama yang jelas.