Malang– Sanggar
Seni dan Budaya (SSB) Al Karomi
kembali mementaskan Topeng Topeng,
Sabtu (7/2) secara berbeda. Pementasan kali ini diadakan di Gedung Kesenian
Gajayana Malang. Kelompok teater Jurusan Sastra Arab Universitas Negeri Malang
(UM) ini sebenarnya sudah beberapa kali mementaskan Topeng Topeng yang
mereka sajikan dengan menggunakan
bahasa Arab. Hal ini membuat tidak
semua kalangan dapat menikmati penampilan mereka. Oleh sebab itu atas
dasar keinginan membawa pementasan tersebut ke khalayak umum, maka Al Karomi menyajikannya dengan bahasa Indonesia.
Kota Malang
sempat diguyur hujan cukup deras beberapa jam sebelum pementasan dimulai. Para panitia pelaksana
termasuk Aris, pemeran utama di pementasan itu, sempat khawatir akan banyaknya
penonton yang mengurungkan niat untuk datang. Namun tidak dengan sang
sutradara, Muh. Nasihin yang akrab disapa Mas Ateng. Ia mengungkapkan
keoptimisannya jika
Gedung Kesenian Gajayana akan penuh dengan penonton. “Saya yakin penonton akan
tetap datang memenuhi gedung ini meskipun hujan tidak berhenti sekalipun,”
ungkapnya. Alhasil,
Topeng Topeng dihadiri oleh banyak
penonton termasuk salah satu dosen sastra UM yang cukup berpengalaman di dunia
teater, Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd.
Salah satu adegan dalam Topeng Topeng
Selama kurang
lebih dua jam pementasan, Topeng Topeng
banyak berkisah tentang keadaan manusia yang “bermuka dua”, kepalsuan, dan
kemunafikan. Manusia banyak diliputi oleh ketidakjujuran terhadap diri sendiri,
entah itu menyangkut kepentingan individu maupun kelompoknya. Mereka takut atau
bahkan enggan menyampaikan sesuatu hal yang apa adanya. Cerita ini berujung
pada kesia-sian belaka yang sangat merugikan pihak lain. Namun, menurut Ateng, keseluruhan kisah ini
berhak dinilai secara bebas oleh penonton atau dengan kata lain multitafsir.
Topeng Topeng yang sebelumnya dipentaskan
beberapa kali dengan bahasa
Arab, telah menuai banyak kesuksesan. Prestasi tersebut berlanjut dengan
pementasan perdana berbahasa Indonesia. Panjangnya proses perjalanan naskah Topeng Topeng yang hampir dua tahun dan
persiapan pementasan selama satu setengah bulan ini, ternyata mampu membuat
seluruh anggota SSB Al Karomi merasa
lega dan terharu akan penampilan mereka malam itu.
“Sebenarnya,
tujuan inti dari pementasan kami kali ini adalah Al Karomi ingin menghidupkan kembali eksistensi Gedung Kesenian
Gajayana ini dan mempertontonkan sebuah pementasan yang berkonsep. Saya sangat
senang telah berhasil mencapai tujuan-tujuan itu, membawa Topeng Topeng di Gedung ini, dan berhasil pula menghibur banyak
masyarakat Kota Malang. Banyak komentar positif yang saya terima dari para
penonton,” papar Ateng.
Berbagai
harapan besar Al Karomi turut
terluapkan setelah pementasan Topeng
Topeng. “Kami memiliki motto Berangkat dari yang ada, Tidak mengada-ada,
Tidak apa adanya. Melalui itu, Al Karomi
ingin terus memberi warna dalam dunia pertunjukan baik di Malang maupun di
Indonesia. Kami mempunyai sederet penampilan yang bernama Teater Sowan
Pesantren. Melalui itu pula, kami ingin menunjukkan bahwa teater berbahasa Arab
juga bisa berhasil dan diterima di Indonesia,” ungkap Aris.(rud//gia)
Comments
Post a Comment