Skip to main content

SAJAK-SAJAK LIDYA DEVEGA S.*



    -Arloji Terkini-
Pada jam 2 sibuk. Pada jaman yang juga sibuk.
Arloji menjadi akal dan akal pun sok sibuk
hingga dalam perjalanan dari toko buku ke kantor dan rumah tak digubrisnya 4 mata arah,
mekar-mekar indah jadi sampah di tong-tong depan rumah. Tanpa sempat indera rasa.
Lalu tiba-tiba Januari berganti Juni tanpa ada catatan di buku harian, siapa yang datang dan pergi tak sempat disadari
hingga arloji tak berkuasa lagi.


-Kaos Kaki Bapak-   
Ada koran pagi yang dibaca pagi ini
tentang pendidikan
Bapak mengernyitkan dahi
Ah, hatinya sepah dari muda lulus SPG hingga putih rambutnya, parau suaranya.
Ia saksikan, “Buk, kurikulum ganti lagi.”
Wanita setengah tua yang sedang menyusun materi esok hari, mengernyit
“Bukannya sudah biasa, Pak?”
“Ah…kurikulum bukan kaos kaki yang harus cepat diganti saat ada lubang kecil di sudut kiri, Buk.”

Itu hemat kita, bukan hemat penjual kaos kaki, Pak
Kurikulum bisa jadi kaos kaki di pasar jual beli.

*Mahasiswi Pasca Sarjana Pendidikan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang (UM) dan alumni Siar UKMP.

Comments

Popular posts from this blog

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

LPJ Ajarkan Korupsi pada Mahasiswa*

Jika kita membicarakan tentang korupsi memang tidak akan pernah ada habisnya. Dari siapa yang bertanggung jawab sampai bagaimana korupsi itu selau meracuni moral bangsa Indonesia. Banyaknya koruptor juga tidak lepas dari peran pendidikan yang ada pada jenjang sekolah ataupun pendidikan yang tertanam pada keluarga sejak kecil. Kebiasaan berbohong yang di ajarkan oleh para orang tua memicu salah satu bibit-bibit koruptor. Contohnya seperti ini, ada orang tua bilang ke anaknya “nak nanti kalau ada yang mencari mama, bilang yaa mama sedang keluar” padahal si mama sedang asyik-asyik menonton TV di dalam rumah. Secara tidak langsung sang mama mengajarkan berbohong pada si anak. Ketika anak terdidik untuk tidak jujur, maka kebiasaan ini akan membentuk karakternya, apalagi tanpa adanya landasan agama yang jelas.