Skip to main content

-Catatan Ansos (Analisis Sosial)*- Chapter: Sungai Brantas Stasiun Kota Baru


 


         

Asrama Tentara Ikut Cemari Bantaran Sungai Brantas
Oleh Ahlam Aliatul Rahma**


Bantaran sungai memang titik yang rawan terhadap masalah-masalah kebersihan dan ketertiban lingkungan. Tidak jauh-jauh memandang, di kota Malang sendiri, yang notabene adalah penerima penghargaan Adipura Kencana kategori kota menengah, tidak luput dari masalah tersebut. Salah satunya adalah bantaran Sungai Brantas Kecamatan Klojen, sekitar Stasiun Kota Baru. Sekilas, memang tidak ada masalah, namun  jika kita telisik lebih dalam, masalah akan nampak.
            Menjejakkan kaki di bibir sungai dengan menuruni tangga-tangga kecil nan curam, maka akan kita temui sampah-sampah rumah tangga dari mulai plastik bekas, botol bekas, stereofoam, kardus, bahkan popok bayi. Itu belum termasuk sampah yang berjejalan mengapung di permukaan sungai. Sebuah pemandangan klasik khas negeri yang tak elok.
            Ironisnya, salah satu kontributor sampah di daerah tersebut berasal dari sebuah tempat tinggal dimana para penghuninya seharusnya mengerti dan memberi contoh yang baik karena mereka dididik dengan kedisiplinan tinggi khas militer. Tempat itu adalah asrama tentara. Lucu? Iya. Ironis? Apalagi.
            Kebiasaan membuang sampah di sekitar bantaran sungai oleh oknum-oknum tentara sungguh tidak mencerminkan diri mereka sebagai oknum yang seharusnya menjunjung tata tertib dengan tegak setegak tubuh mereka. Dengan seenaknya, limbah rumah tangga dari asrama dibuang pada bantaran sungai. Selain itu, hal yang lebih mengganggu adalah tiap hari  kala pagi dan sore, sampah-sampah mereka bakar sehingga mengeluarkan asap yang mencemari udara—dan hal ini mengundang protes dari warga.  Namun, protes warga sia-sia, karena “memprotes yang ada diatas kita” adalah pekerjaan yang sia-sia, begitu simpul Pak RT. Sanksi yang tegas saat ini benar-benar diperlukan bagi siapa saja yang dengan tidak bertanggung jawab mengotori dan mencemari daerah bantaran sungai. Sanksi yang benar-benar ditegakkan dan dijunjung tinggi akan membentengi bantaran sungai kita dari pencemaran sampah.

*Telah diedit oleh editor  atas persetujuan penulis, tanpa mengubah isi.
** Penggiat LPM Siar UKMP UM

Comments

Popular posts from this blog

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

LPJ Ajarkan Korupsi pada Mahasiswa*

Jika kita membicarakan tentang korupsi memang tidak akan pernah ada habisnya. Dari siapa yang bertanggung jawab sampai bagaimana korupsi itu selau meracuni moral bangsa Indonesia. Banyaknya koruptor juga tidak lepas dari peran pendidikan yang ada pada jenjang sekolah ataupun pendidikan yang tertanam pada keluarga sejak kecil. Kebiasaan berbohong yang di ajarkan oleh para orang tua memicu salah satu bibit-bibit koruptor. Contohnya seperti ini, ada orang tua bilang ke anaknya “nak nanti kalau ada yang mencari mama, bilang yaa mama sedang keluar” padahal si mama sedang asyik-asyik menonton TV di dalam rumah. Secara tidak langsung sang mama mengajarkan berbohong pada si anak. Ketika anak terdidik untuk tidak jujur, maka kebiasaan ini akan membentuk karakternya, apalagi tanpa adanya landasan agama yang jelas.