Skip to main content

Tersendatnya Sertifikat PKPT & Sistem Poin Ancam Maba



Konsep PKPT tahun ini sesuai aturan Universitas, yaitu tidak diperbolehkannya menyuruh Maba membawa barang-barang tertentu pada saat PKPT. Selain tidak akademis, hal tersebut juga dianggap akan menyulitkan para Maba. Namun, pemberian tugas kepada para Maba tetap diperbolehkan asalkan bersifat akademis.

 Fakta yang terjadi di Fakultas MIPA, tugas kepada Maba tetap diberikan. ”Kita tetap ada tugas, tapi tetap akademis, misalnya membuat artikel ilmiah dengan tema-tema tertentu sesuai jurusan masing-masing,” kata Sakti, Ketua BEM FMIPA. Sanksi yang diberikan jika tugas tersebut tidak dikerjakan adalah dengan sanksi akademis juga berupa penambahan tugas.

Selain itu, pada akhir PKPT FMIPA, Maba akan dibebani tugas mengerjakan karya ilmiah  Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Sakti mengungkapkan jika tugas-tugas dan PKM yang diberikan tidak dikerjakan oleh Maba, maka panitia PKPT akan merekap semua pelanggaran dari Maba dengan sistem poin dan menghimbau mengenai adanya ancaman tersendatnya pemberian sertifikat PKPT kepada para Maba. (ahl/ril//yna)

*buletin hal.10. terbit edisi 16 Agustus 2014

Comments

Popular posts from this blog

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

LPJ Ajarkan Korupsi pada Mahasiswa*

Jika kita membicarakan tentang korupsi memang tidak akan pernah ada habisnya. Dari siapa yang bertanggung jawab sampai bagaimana korupsi itu selau meracuni moral bangsa Indonesia. Banyaknya koruptor juga tidak lepas dari peran pendidikan yang ada pada jenjang sekolah ataupun pendidikan yang tertanam pada keluarga sejak kecil. Kebiasaan berbohong yang di ajarkan oleh para orang tua memicu salah satu bibit-bibit koruptor. Contohnya seperti ini, ada orang tua bilang ke anaknya “nak nanti kalau ada yang mencari mama, bilang yaa mama sedang keluar” padahal si mama sedang asyik-asyik menonton TV di dalam rumah. Secara tidak langsung sang mama mengajarkan berbohong pada si anak. Ketika anak terdidik untuk tidak jujur, maka kebiasaan ini akan membentuk karakternya, apalagi tanpa adanya landasan agama yang jelas.