Pelaksanaan
Pengenalan Kehidupan Perguruan Tinggi (PKPT) Fakultas Ilmu Sosial (FIS) yang
berlokasi di dua tempat membuat panitia PKPT FIS sulit untuk saling
berkoordinasi satu sama lain. Hal ini wajar mengingat pelaksanaan PKPT FIS baru
pertama kali diadakan di dua lokasi yang berbeda. Sebelumya PKPT FIS hanya
dilaksanakan di Sasana budaya (Sasbud), sekarang PKPT FIS berada di Gedung A3
lantai dua dan gedung H3 lantai dua. Perubahan ini tentu membuat panitia PKPT
yang terdiri dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FIS dan pengawas PKPT yang
terdiri dari Dewan Mahasiswa Fakultas (DMF), harus membagi tugas untuk pelaksanaan PKPT di masing-masing lokasi. Tetapi, pembagian tugas tersebut tetap menyulitkan koordinasi panitia PKPT. “Koordinasi hanya pakai HT
dan handphone. Tapi tetap sulit
karena pengawas masih harus riwa-riwi dari gedung A3 dan pasca sarjana,” ujar
Qonita salah satu pengawas PKPT di A3.
Awalnya panitia mengusulkan untuk menggunakan
satu gedung yaitu Sasana Budaya. Namun, usulan tersebut tidak dapat terealisasikan
karena gedung tersebut telah lama dipesan untuk menyelenggarakan pernikahan.
Pihak fakultas sebenarnya telah mengusahakan agar dapat menggunakan Sasana
Budaya sebagai tempat dilaksankannya PKPT FIS, tetapi pihak penyelenggara
pernikahan telah terlebih dahulu membayar biaya sewa gedung. Menurut Hilmi
ketua BEM FIS, “bahkan rapat pimpinan tidak bisa menggusur agar bisa memakai
sasbud karena hal itu bisa mempengaruhi reputasi universitas”. Pernyataan
serupa juga diungkapkan oleh Wakil Rektor III Universitas Negeri Malang Bapak
Sucipto, bahwa pembatalan terhadap peminjaman gedung dapat berimbas pada
reputasi universitas di mata masyarakat.
Turunnya
jadwal PKPT yang mendadak membuat sulitnya pemesanan gedung secara tiba-tiba. Sehingga
solusi yang diberikan fakultas adalah dengan menggunakan dua gedung yaitu di A3
dan Pascasarjana. (lia/yay/ony/rhq/)
*buletin
hal.2.
terbit edisi 16 Agustus 2014
Comments
Post a Comment