Skip to main content

Graca Tempat Istimewa PKPT FT



Tidak seperti Pengenalan Kehidupan Perguruan Tinggi (PKPT) Fakultas Teknik (FT) tahun lalu yang ditempatkan di 4 lokasi, yakni Gedung Sasana Krida, H5 lantai 2 dan lantai 4 serta gedung D9, PKPT FT tahun ini ditempatkan di satu lokasi, Gedung Graha Cakrawala (Graca). Mengetahui hal tersebut sie humas BEM FT, Hakim Fathony, merasa FT diistimewakan. “Jadi kalau di Graca, FT termasuk yang istimewa, karena Graca tempat yang paling istimewa di UM”, ungkapnya. Berlokasi di Graca, memberikan kesan positif yang memudahkan panitia. Keuntungan dengan adanya penempatan PKPT FT di satu tempat adalah tidak perlu melibatkan banyak panitia dan memudahkan koordinasi. Awalnya fakultas memiliki planning PKPT FT berbasis kelas murni. 1400 Mahasiswa baru (Maba) dikelompokkan menjadi 35 kelas yang terdiri dari 40 Maba tiap kelasnya. 


            Menariknya terdapat banyak Maba Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) yang nyasar datang ke Graca. “Gedung FIK terletaknya dekat dengan Graca, sehingga Maba FIK mengira Gracamerupakan lokasi PKPT Maba jurusan tersebut”, ungkap Sulis selaku DMF Teknik. Tambahnya, dengan memanfaatkan hari pertama,lokasi Pembukaan PKPTyag dilaksanakan di Graca, Maba FT tidak perlu kebingungan mengenai tempat lokasi PKPT FT.(dsl/yrz//ika)

*buletin hal.7. terbit edisi 16 Agustus 2014

Comments

Popular posts from this blog

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

Menang Tanpa Perang

 Oleh: Fajar Dwi Affanndhi Pesta tak lagi meriah. Tidak seperti pesta yang biasa kita ketahui, hingar bingar, penuh warna-warni, dan dinanti-nanti. Pesta demokrasi di kampus ini sepi. Jangan harap perdebatan panas antar calon pemimpin. Ketika calonnya saja hanya satu. Ya, calon tunggal   tanpa lawan. Pemilu Raya, atau yang biasa kita sebut PEMIRA, kini seakan hilang greget -nya. Hampir di semua fakultas di UM terdapat calon tunggal.   Baik itu calon ketua BEM, ketua HMJ, atau bahkan yang lebih parah, calon DMF yang seharusnya dipilih lima orang dari setiap jurusan, malah hanya ada satu calon dalam satu fakultas yang notabene terdiri dari beberapa jurusan. Padahal, adanya calon tunggal bukan tidak mungkin yang terjadi mereka bakal   “menang tanpa perang”.  

Carut Marut Tempat Parkir UM: Mulai Sempitnya Lahan hingga Uang Parkir buat Jajan

      Saat ini, transportasi sudah menjadi kebutuhan primer. Berbagai macam alat transportasi diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain, apalagi jika menempuh jarak yang cukup jauh. Salah satu alat transportasi paling populer di Indonesia adalah motor. Motor sangat populer di kalangan pelajar dan mahasiswa. Setiap fakultas memiliki tempat parkir sendiri-sendiri, namun tidak mewajibkan mahasiswanya untuk memarkirkan motor berdasarkan fakultas masing-masing. Anehnya, meskipun dalam satu fakultas, berbeda tempat parkir juga berbeda sistem pengelolaannya. Hal ini dapat kita lihat di tempat parkir Fakultas Sastra (FS). Seharusnya hanya motor yang dikenai biaya parkir, tapi sepeda pun dikenai biaya parkir. Meskipun jumlah sepeda tidak seberapa dibandingkan motor, tetapi tetap saja hal ini menyalahi aturan.