Skip to main content

FPPsi: Tumbuhkan Jiwa Psikologi lewat Character Building



Pengenalan Kehidupan Perguruan Tinggi (PKPT) di Fakultas Psikologi (FPPsi) pada Rabu (13/08) berjalan tanpa hambatan. “Pada hari pertama PKPT ini tidak ada peraturan tambahan dan masih mengikuti peraturan dari pihak rektorat, sehingga PKPT di FPPsi berjalan lancar,” jelas Rian selaku Ketua Pelaksana PKPT FPPsi 2014. Pada hari kedua hingga terakhir kegiatan PKPT akan bertempat di Aula Perpustakaan dan kententuan kegiatan tetap mengikuti ketentuan yang ditetapkan pada laman www.um.ac.id. Sedangkan untuk penyebaran info tentang kegiatan hari kedua dari panitia pelaksana PKPT disebarkan melalui media sosial seperti facebook, twitter, dan blog dari BEMFA Psikologi yang sudah diberitahukan kepada mahasiswa baru (Maba) pada sesi akhir acara hari pertama PKPT.



“Selain acara PKPT yang di selanggarakan oleh tingkat Universitas, terdapat acara character building untuk menambah wawasan para Maba Jurusan Psikologi tentang ilmu psikologi seperti dasar-dasar ilmu Psikologi dan prospek kerja Jurusan Psikologi dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari yang dilaksanakan pada seminggu setelah awal perkuliahan setiap hari sabtu selama empat kali di area FPPsi,” jelas Rian. (skm/hrm/ryh//ika)

*buletin hal.8. terbit edisi 14 Agustus 2014

Comments

Popular posts from this blog

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

LPJ Ajarkan Korupsi pada Mahasiswa*

Jika kita membicarakan tentang korupsi memang tidak akan pernah ada habisnya. Dari siapa yang bertanggung jawab sampai bagaimana korupsi itu selau meracuni moral bangsa Indonesia. Banyaknya koruptor juga tidak lepas dari peran pendidikan yang ada pada jenjang sekolah ataupun pendidikan yang tertanam pada keluarga sejak kecil. Kebiasaan berbohong yang di ajarkan oleh para orang tua memicu salah satu bibit-bibit koruptor. Contohnya seperti ini, ada orang tua bilang ke anaknya “nak nanti kalau ada yang mencari mama, bilang yaa mama sedang keluar” padahal si mama sedang asyik-asyik menonton TV di dalam rumah. Secara tidak langsung sang mama mengajarkan berbohong pada si anak. Ketika anak terdidik untuk tidak jujur, maka kebiasaan ini akan membentuk karakternya, apalagi tanpa adanya landasan agama yang jelas.