DKT Indonesia (produsen kondom merek Fiesta dan
Sutra) atas persetujuan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) kembali menghelat
sebuah acara berjuluk Pekan Kondom Nasional (PKN). Acara yang telah diadakan
sejak tahun 2007 itu,dihelat beberapa hari lalu tepatnya1 Desember (Hari AIDS
sedunia). Sontak, PKN menuai banyak kontroversi. Berbagai opini menyeruak ke
permukaaan, dan sebagian besar bernada kecaman.Pasalnya, pada acara itu dihelat
sebuah kegiatan bagi-bagi kondom gratis kepada masyarkat, bahkan kabarnya juga
pada mahasiswa. Hal tersebut dibantah oleh Kemal, sekretaris KPAN, yang
berdalih bahwa bus Pekan Kondom Nasional masih berada di Jakarta pada saat itu.
Pembagian kondom secara gratis kepada mahasiswa yang dimaksudkan adalah
pemberian kondom gratis kepada mahasiswa di UGM. Walaupun, Kemal membantah,
Nisa seorang yang berkuliah di Universitas Brawijaya juga mengalami hal serupa
seperti yang dikabarkan terjadi di UGM. Dirinya mengaku mendapat kondom gratis
yang memang pada saat itu dibagikan. Namun, ketika ditanya lebih lanjut
mengenai siapa penghelat acara itu, Nisa mengaku tidak tahu. “Aku nggak tahu. Aku cuma dikasih aja kayak yang lain.”
Berkaitan dengan bus kondom yang membagi-bagikan
kondom gratis di lingkungan kampus UGM, Sekretaris Eksekutif UGM Drs Gugup
Kismono MBA PhD , seperti yang dilansir suaramerdeka.com (4/12), menegaskan
bahwa tidak ada bus untuk membagi-bagikan kondom. Surat ijin mengenai pembagian
kondom pun tak ada. "Berdasarkan laporan dari penjaga portal, yang ada
hanya aksi perayaan hari AIDS se-dunia yang membagikan bunga," katanya.
Masih menurut Gugup, dirinya mencurigai ada pihak-pihak tertentu yang sengaja
menunggangi PKN dengan melakukan aksi diluar jadwal yang ditentukan.
Pembagian kondom menurut KPAN, dilakukan hanya sebatas di lingkungan beresiko
seperti lokalisasi, pelabuhan, terminal, dan lain-lain.
Tak bisa dipungkiri, pekan ini, sempat menyulut
amarah dan kecaman dari beberapa kalangan yang mereka layangkan kepada
Kemenkes. Walau begitu, Ali Ghufron selaku wakil menteri kesehatan,seperti yang dikutip
oleh portal berita online news.liputan6.com (4/12), menegaskan, bahwa Kemenkes tidak punya andil
dalam PKN ini. "Perlu
diketahui bahwa Penyelenggara dari PKN itu bukan Kementerian Kesehatan jadi itu
perlu diketahui. Jadi ini bukan aturan dari Kemenkes,"
Sejatinya, DKT akan menggekar sosialisasi pemakaian
kondom pada masayarakat, penyuluhan berkenaan dengan HIV/AIDS, dan juga acara
bagi-bagi kondom gratis pada kaum beresiko. Sosialisasi pemakaian kondom jika
ditelisik dari sisi kesehatan memang perlu dilakukan. Karena penggunaan kondom
memang bisa mereduksi kemungkinan tertularnya virus HIV, meskipun memang tidak
sepenuhnya 100% mengentaskan. Berdasarkan data yang dihimpun oleh WHO (World
Health Organization) pemakaian kondom yang baik dan benar akan mencegah
kemungkinan tertularnya virus HIV sebesar 80%. Pemakaian yang baik dan benar
inilah yang sepertinya tidak diketahui pasti oleh khalayak luas. Ini, bisa
dimaklumi karena kondom memang masih dianggap tabu di negara ini.
Pembagian kondom gratis, biar bagaimanapun, masih
banyak ditentang oleh banyak kalangan, terutama kalangan agamis. Stigma
“pelegalisasian seks bebas” terus menjadi ekor dari aksi tersebut. Meski
begitu, kita juga tidak menutup mata, bahwa kondom memang bisa mengurangi
tersebarnya virus HIV, meski tidak 100% aman. Pembagian kondom yang dilakukan
di tempat-tempat beresiko, jika dilihat dari sisi kesehatan adalah baik
dilakukan. Namun, jika dari sudut moral dan agama mungkin tidak. Pencegahan
dengan membagikan kondom adalah solusi pragmatis yang diambil untuk mencegat
virus ini merongrong lebih banyak jiwa. Oleh sebab itu, upaya pencegahan dampak
jangka panjang harus lebih ditekankan, yaitu dengan sosialisasi dan penyuluhan.
*Penulis adalah pegiat Lembaga Pers
Mahasiswa SIAR
Comments
Post a Comment