Skip to main content

BEM FPPsi: Tabrak Jalur Tapi Produktif


Fakultas Pendidikan Psikologi (FPPsi) ibarat armada kapal yang baru saja diterjunkan di samudra yang luas. Sebuah kapal yang sudah disambut dengan gulungan ombak, mau tidak mau harus segera membuka layarnya untuk bersiap ambil kemudi menempuh jarak. Lajur kemudi seperti apakah yang sedang dibentuk pada ormawa FPPsi? Kami mencoba menggalinya melalui Bu Dyah Sulistiyorini sebagai Pembina ormawa FPPsi.

Budaya organisasi seperti apa di FPPsi?
 “Saya mencoba membangun budaya profesional pada BEM. Semoga BEM ini bisa menjadi tempat belajar sehingga siap untuk terserap di dunia kerja. Dunia kerja itu membutuhkan orang-orang yang mempunyai ide-ide kreatifitas, analisa berpikir, dan ketahanan kerja.  Dengan seiring berjalannya waktu kami juga masih mencari visi dan misi yang tepat, tapi tetap saya ingin membentuk organisasi yang profesional. Selain itu saya ingin menyelamatkan anak-anak saya, nah karena saya tidak bisa mengubah dari atas, maka saya mengubahnya dari bawah”.

Apakah UM siap dengan budaya organisasi di FPPsi?
“Jujur saja, justru saya nggak kenal dengan budaya organisasi di UM. Tapi UM siap atau tidak menerima budaya organisasi di FPPsi, ya itu terserah mereka. Yang paling penting kita sudah mencoba dan kita nggak akan pernah tahu sebelum dicoba. Kita memang masih beradaptasi. Saya kira anak-anak bisa menghadapi reaksi dari luar, tapi yang penting kita jalan aja dulu”

Bagaimana Perkembangan selama duakali kepengurusan?                           
“ Saya melihat ada progress walaupun nggak signifikan. Kepengurusan yang pertama masih meraba-raba nanti arahnya mau kemana, tapi di kepengurusan yang kedua ini kita sudah mulai aplikatif, inisiatif masing-masing sumber daya manusia di BEM sudah jelas, prokernya ada walaupun belum sempurna banget. Beberapa bulan kemarin sudah ada kegiatan yang besar dan PKPT kita sudah agak berbeda dengan fakultas lain. Dan it works!”

Bagaimana dengan soal konstitusi, AD/ART dan ceremonial organisasi?
“Itu masih akan disidangkan pada bulan Mei ini, tapi saya himbau teman-teman untuk tetap tidak melanggar AD/ART, itu fokusnya DMF untuk buat AD/ART. BEM FPPsi itu memang dari awal ingin saya tanamkan produktif dulu, kerja dulu, punya cita-cita yang besar dulu dan profesional dulu, karena kita waktunya cuma sedikit. Jalan aja dulu, maksud saya adalah peraturan nggak usah saklek, karena perturan yang buat juga adalah kita-kita, jadi kenapa kita harus terhambat dengan aturan? Tapi kita tetap sesuaikan dengan AD/ART UM, tapi juga nggak ganggu perkembangan kita”.

Yang membedakan BEM FPPsi dengan BEM yang lainnya?
“Kami punya HRD yang posisinya sama seperti pengurus harian lainnya. Tugasnya HRD ini adalah membuat sistem Ke-SDM-an seperti membuat prosedur, kriteria dan alat peniliaian. Kemudian kami juga punya sie kewirausahaan yang membantu soal dana.”

Benarkah teman-teman ekstra kampus tidak bisa terjaring dalam proses Oprec kegiatan?
“Sebenarnya Kita nggak menutup untuk temen-temen yang aktif diluar kampus, pokoknya mereka bisa menyesuaikan dengan budaya organisasi yang udah kami bangun. Setiap proses recruitmentnya selalu ada evidence atau bukti alasan kenapa mereka diterima dan ditolak. Setiap kegiatan selalu ada standar kompetensinya, silahkan di cek.”

Benarkah BEM FPPsi adalah BEM boneka?
“Bonekanya siapa ya? (sambil tertawa) Jadi kalau dimaksud adalah saya yang membuat jiwanya atau membuat dasarnya, itu memang benar, saya juga yang mengarahkannya. Tapi saya nggak mau terjadi secara terus menerus, harapannya adalah nanti saya hanya tinggal tandatangan saja, jadi perlahan sudah mulai saya lepas. Organisasi ini kan masih sangat baru dan perlu bimbingan. Kalau saya sendiri nggak ada kepentingan apapun, satu-satunya yang mendorong saya adalah tanggung jawab moral saya sebagai pengajar, kalau mahasiswa saya nggak terserap kerja karena kami nggak kasih fasilitas.”

Kalau Pendapat Ibu soal politik kampus?

“Nah itu saya mencoba untuk mengabaikan yang disebut dengan politik kampus. Itu nggak penting. Saya lebih suka kalau loe nggak setuju, solusimu apa, kerjain! Daripada demo karena nggak dapet dana misalnya, mendingan kamu cari cara usaha supaya kamu dapet dana. Soal keuangan kami coba cari solusi dengan adanya  sie kewirausahaan untuk menghadapi masalah-masalah keuangan dalam organisasi. Yang saya percaya adalah politik bikin orang nggak profesional. “ (/avz)

*buletin hal 11. Terbit 21 Oktober 2013

Comments

Popular posts from this blog

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

LPJ Ajarkan Korupsi pada Mahasiswa*

Jika kita membicarakan tentang korupsi memang tidak akan pernah ada habisnya. Dari siapa yang bertanggung jawab sampai bagaimana korupsi itu selau meracuni moral bangsa Indonesia. Banyaknya koruptor juga tidak lepas dari peran pendidikan yang ada pada jenjang sekolah ataupun pendidikan yang tertanam pada keluarga sejak kecil. Kebiasaan berbohong yang di ajarkan oleh para orang tua memicu salah satu bibit-bibit koruptor. Contohnya seperti ini, ada orang tua bilang ke anaknya “nak nanti kalau ada yang mencari mama, bilang yaa mama sedang keluar” padahal si mama sedang asyik-asyik menonton TV di dalam rumah. Secara tidak langsung sang mama mengajarkan berbohong pada si anak. Ketika anak terdidik untuk tidak jujur, maka kebiasaan ini akan membentuk karakternya, apalagi tanpa adanya landasan agama yang jelas.