Skip to main content

Headline: BEM U & DPM Buka Suara Perihal Evaluasi

Rapat evaluasi Pengenalan Kehidupan Perguruan Tinggi (PKPT) hari pertama dilaksanakan pada Rabu (21/8) pukul 14.00 WIB di ruang rapat senat, gedung A3 lantai 2. Rapat tersebut dihadiri oleh Rektor, Wakil Rektor (WR) 1 dan 3, Wakil Dekan (WD) 1 dan 3, BEM U serta DPM. Dalam rapat tersebut dibahas beberapa poin perihal PKPT, di antaranya tentang peraturan beredarnya selebaran. “Selebaran bentuk apa pun tidak boleh. Memang tujuannya baik, tapi ketika itu sudah jadi peraturan kemudian dilanggar, maka jadi tidak baik”, kata Yuris, Presiden Mahasiswa UM. Yuris menuturkan, pemanfaatan informasi komunikasi hanya melalui website www.um.ac.id. Selain itu dianggap ilegal.

Pada rapat evaluasi tersebut, Rektor UM mengungkapkan, evaluasi ada 2 macam, yaitu evaluasi mikro dan evaluasi makro. Evaluasi PKPT hari pertama termasuk evaluasi mikro,” terang Yuris

Yuris juga menjelaskan bahwa Rektor UM menyayangkan perihal penandatanganan MoU saat PKPT hari pertama di Graha Cakrawala. Delon, Ketua DPM UM menambahkan, instruksi yang diterima panitia yaitu MoU tidak usah dideklarasikan karena ketika itu rektor sudah meninggalkan gedung Graha Cakrawala. Namun, ternyata rektor sendiri sebenarnya ingin MoU PKPT damai dideklarasikan.

Mengenai evaluasi sendiri, Delon berkata “Evaluasi untuk perbaikan PKPT tahun depan mengenai over load tempat”. Menurutnya, meskipun terjadi over load, harus dipikirkan solusinya agar mahasiswa baru (Maba) tetap mendapat materi secara maksimal.

Delon juga memaparkan bahwa permasalahan yang sedikit kurang adalah sistem komunikasi antara panitia pusat dan panitia fakultas. Sempat ada ketegangan sedikit antara panitia pusat dan panitia fakultas di Graha Cakrawala, seperti ada selebaran, ada panitia fakultas yang masuk. Sebenarnya instruksi dari rektor memang tidak boleh. Apa pun tidak boleh meskipun sudah dapat izin dari wakil dekan, tetap tidak boleh karena memang semua izinnya harus dari panitia pusat. Perizinannya langsung ke WR 3, WR 1, atau langsung ke Bapak Rektor.

“Kami dari panitia pusat, memang itu tugasnya. Apa-apa yang tidak sesuai dengan kesepakatan ya harus kami tindak”, ujar Delon. Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial ini menjelaskan bahwa panitia pusat sudah meminta maaf kepada panitia fakultas karena sedikit menyinggung. Tapi, sebenarnya pihaknya tidak berniat untuk mendiskreditkan teman-teman fakultas karena memang masing-masing sudah punya ranah sendiri bahkan panitia fakultas punya waktu selama 3 hari sedangkan panitia pusat hanya punya waktu satu hari. Menurut Delon, panitia pusat sudah konsekuen dan tidak mau ikut campur dalam urusan panitia fakultas. Terakhir, Delon berpesan pesan untuk panitia, “Sudah ada aturan, mohon ditaati jangan sampai Maba bingung”. (yna/aft)

*buletin hal.1-2. terbit edisi 2 September 2013

Comments

Popular posts from this blog

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

LPJ Ajarkan Korupsi pada Mahasiswa*

Jika kita membicarakan tentang korupsi memang tidak akan pernah ada habisnya. Dari siapa yang bertanggung jawab sampai bagaimana korupsi itu selau meracuni moral bangsa Indonesia. Banyaknya koruptor juga tidak lepas dari peran pendidikan yang ada pada jenjang sekolah ataupun pendidikan yang tertanam pada keluarga sejak kecil. Kebiasaan berbohong yang di ajarkan oleh para orang tua memicu salah satu bibit-bibit koruptor. Contohnya seperti ini, ada orang tua bilang ke anaknya “nak nanti kalau ada yang mencari mama, bilang yaa mama sedang keluar” padahal si mama sedang asyik-asyik menonton TV di dalam rumah. Secara tidak langsung sang mama mengajarkan berbohong pada si anak. Ketika anak terdidik untuk tidak jujur, maka kebiasaan ini akan membentuk karakternya, apalagi tanpa adanya landasan agama yang jelas.