Pertama,
saya ingin mengucapkan selamat datang bagi Mahasiswa Baru Universitas Negeri
Malang. Perlu dipahami bahwa era mahasiswa sangat berbeda dengan saat
kawan-kawan di Sekolah Menengah Atas.
Kampus bukan hanya tempat untuk menuntut ilmu, lebih dari itu, seorang
mahasiswa juga harus memiliki eksistensi yang bermuara kepada pengabdian untuk
bangsa dan Negara. Harus dicatat bahwa mahasiswa mempunyai tanggung jawab yang
lebih dalam rangka menjunjung tinggi Tri Dharma Perguruan Tinggi. Mungkin saja
dosen yang membimbing kawan-kawan lupa memberikan pemahaman terhadap hal
tersebut di kelas saat member materi PKPT. Maka, akan saya ulang isi Tri Dharma
tersebut: Pendidikan dan Pembelajaran, Penelitian dan Pengembangan Ilmu
Pengetahuan, dan Pengabdian Masyarakat.
Melihat dari hal di atas, bahwa
sebenarnya belajar bukan satu-satunya hal yang mesti dilakukan oleh seorang
mahasiswa. Selain menuntut ilmu, seorang mahasiswa juga mesti melakukan
penelitian dan mengembangkan segala ilmu yang ditekuni, dan yang terakhir
adalah mengabdi kepada masyarakat bangsa dan Negara.
Pernahkah kawan-kawan mendengar
idiom bahwa mahasiswa haruslah berjuang? Bukan pengusaha atau guru yang
dituntut untuk berjuang, atau profesi yang lain. Menurut saya, hal itu beralasan
karena mahasiswa memang merupakan suatu kasta di masyarkat yang mempunyai
tanggung jawab besar. Bukan hanya beratanggung jawab kepada orang tua agar
lulus cepat waktu dan memiliki prestasi akademik yang baik, namun juga bertanggung
jawab atas pengembangan diri serta bertanggung jawab atas kondisi sosial
masyarakat.
Mahasiswa tidak bisa berlepas tangan
dari kondisi masyarakat yang terjadi di sekitarnya, baik dalam lingkup kampus,
masyarakat, bangsa, dan negara. Maka, menjadi jelas bagi kita bahwa di setiap
perubahan era di Indonesia tidak akan
bisa dilepaskan dari kaum intelektual, dalam hal ini adalah MAHASISWA.
Jika kita menengok sejarah, kita
mengetahui bahwa kemerdekaan Indonesia juga tidak bisa dilepaskan dari peran
kaum intelektual Indonesia yang lahir dari kantong-kantong pengajaran
(kampus,red), baik di dalam negeri maupun luar negeri. Runtuhnya era orde lama
selain peran serta militer juga erat peran dari mahasiswa yang menuntut
revolusi yang ikut meruntuhkan rezim Soekarno. Demikian pula orde baru yang
mengakar di Indonesia sekitar 32 tahun, juga digulingkan oleh persatuan
mahasiswa yang menuntut REFORMASI.
Saat ini pun perjalanan Indonesia
tidaklah mulus, mahasiswa dituntut untuk selalu buka mata dan telinga untuk
selalu “tidak percaya” dan mendorong penyelenggaraan pemerintahan baik dalam tataran kampus dan negara
agar menjadi lebih baik. Sudah menjadi pengetahuna umum bahwa ibu pertiwi
sedang disandera oleh “tikus” yang selalu menggerogoti kekayaan yang seharusnya
milik rakyat Indonesia.
Pemimpin kita banyak yang jadi
“MALING” menggunakan kekuasaan hanya untuk kekayaan pribadi. Para “BAJINGAN”
yang sebenarnya tidak layak untuk memimpin justru berada di atas, memiliki
kekuasaan dan menyelenggarakan pemerintahan. Maka hal itu membuat naluri
perjuangan kita “MAHASISWA” selalu terusik, membuat kita tidak bisa tidur
nyenyak di malam hari karena masih
banyak saudara kita se “IBU” yang tidur di pinggir jalan beralaskan kardus.
Wahai kawan-kawan baru, lepaskan identitas
kalian yang lama. Selamat bergabung dengan kami, keluarga besar MAHASISWA
INDONESIA. Pegang erat tangan kami, masuklah ke dalam lingkaran, mari kita
kibarkan bendera Merah Putih lebih tinggi. Mari kita singkirkan para
pengkhianat bangsa, teriakkan REVOLUSI BELUM MATI.
KAMI MAHASISWA INDONESIA
BERSUMPAH
BERTANAH AIR SATU, TANAH AIR
TANPA PENINDASAN
KAMI MAHASISWA INDONESIA
BERSUMPAH
BERBANGSA SATU , BANGSA YANG
MENGAGUNGKAN KEADILAN
KAMI MAHASISWA INDONESIA
BERSUMPAH
BERBAHASA SATU, BAHASA TANPA
KEBOHONGAN
*penulis
adalah pegiat Lembaga Pers Mahasiswa SIAR.
*buletin hal.4. terbit edisi 2 September 2013
Comments
Post a Comment