Skip to main content

EDITORIAL: Eksistensi Mahasiswa oleh Deni Yuga Permana

         Pertama, saya ingin mengucapkan selamat datang bagi Mahasiswa Baru Universitas Negeri Malang. Perlu dipahami bahwa era mahasiswa sangat berbeda dengan saat kawan-kawan di Sekolah Menengah Atas.  Kampus bukan hanya tempat untuk menuntut ilmu, lebih dari itu, seorang mahasiswa juga harus memiliki eksistensi yang bermuara kepada pengabdian untuk bangsa dan Negara. Harus dicatat bahwa mahasiswa mempunyai tanggung jawab yang lebih dalam rangka menjunjung tinggi Tri Dharma Perguruan Tinggi. Mungkin saja dosen yang membimbing kawan-kawan lupa memberikan pemahaman terhadap hal tersebut di kelas saat member materi PKPT. Maka, akan saya ulang isi Tri Dharma tersebut: Pendidikan dan Pembelajaran, Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan, dan Pengabdian Masyarakat.

            Melihat dari hal di atas, bahwa sebenarnya belajar bukan satu-satunya hal yang mesti dilakukan oleh seorang mahasiswa. Selain menuntut ilmu, seorang mahasiswa juga mesti melakukan penelitian dan mengembangkan segala ilmu yang ditekuni, dan yang terakhir adalah mengabdi kepada masyarakat bangsa dan Negara.

            Pernahkah kawan-kawan mendengar idiom bahwa mahasiswa haruslah berjuang? Bukan pengusaha atau guru yang dituntut untuk berjuang, atau profesi yang lain. Menurut saya, hal itu beralasan karena mahasiswa memang merupakan suatu kasta di masyarkat yang mempunyai tanggung jawab besar. Bukan hanya beratanggung jawab kepada orang tua agar lulus cepat waktu dan memiliki prestasi akademik yang baik, namun juga bertanggung jawab atas pengembangan diri serta bertanggung jawab atas kondisi sosial masyarakat.

            Mahasiswa tidak bisa berlepas tangan dari kondisi masyarakat yang terjadi di sekitarnya, baik dalam lingkup kampus, masyarakat, bangsa, dan negara. Maka, menjadi jelas bagi kita bahwa di setiap perubahan era di Indonesia tidak akan bisa dilepaskan dari kaum intelektual, dalam hal ini adalah MAHASISWA.

            Jika kita menengok sejarah, kita mengetahui bahwa kemerdekaan Indonesia juga tidak bisa dilepaskan dari peran kaum intelektual Indonesia yang lahir dari kantong-kantong pengajaran (kampus,red), baik di dalam negeri maupun luar negeri. Runtuhnya era orde lama selain peran serta militer juga erat peran dari mahasiswa yang menuntut revolusi yang ikut meruntuhkan rezim Soekarno. Demikian pula orde baru yang mengakar di Indonesia sekitar 32 tahun, juga digulingkan oleh persatuan mahasiswa yang menuntut REFORMASI.

            Saat ini pun perjalanan Indonesia tidaklah mulus, mahasiswa dituntut untuk selalu buka mata dan telinga untuk selalu “tidak percaya” dan mendorong penyelenggaraan  pemerintahan baik dalam tataran kampus dan negara agar menjadi lebih baik. Sudah menjadi pengetahuna umum bahwa ibu pertiwi sedang disandera oleh “tikus” yang selalu menggerogoti kekayaan yang seharusnya milik rakyat Indonesia.

            Pemimpin kita banyak yang jadi “MALING” menggunakan kekuasaan hanya untuk kekayaan pribadi. Para “BAJINGAN” yang sebenarnya tidak layak untuk memimpin justru berada di atas, memiliki kekuasaan dan menyelenggarakan pemerintahan. Maka hal itu membuat naluri perjuangan kita “MAHASISWA” selalu terusik, membuat kita tidak bisa tidur nyenyak di  malam hari karena masih banyak saudara kita se “IBU” yang tidur di pinggir jalan beralaskan kardus.

            Wahai kawan-kawan baru, lepaskan identitas kalian yang lama. Selamat bergabung dengan kami, keluarga besar MAHASISWA INDONESIA. Pegang erat tangan kami, masuklah ke dalam lingkaran, mari kita kibarkan bendera Merah Putih lebih tinggi. Mari kita singkirkan para pengkhianat bangsa, teriakkan REVOLUSI BELUM MATI.

KAMI MAHASISWA INDONESIA BERSUMPAH 
BERTANAH AIR SATU, TANAH AIR TANPA PENINDASAN
KAMI MAHASISWA INDONESIA BERSUMPAH
BERBANGSA SATU , BANGSA YANG MENGAGUNGKAN KEADILAN
KAMI MAHASISWA INDONESIA BERSUMPAH
BERBAHASA SATU, BAHASA TANPA KEBOHONGAN


*penulis adalah pegiat Lembaga Pers Mahasiswa SIAR.

*buletin hal.4. terbit edisi 2 September 2013

Comments

Popular posts from this blog

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

LPJ Ajarkan Korupsi pada Mahasiswa*

Jika kita membicarakan tentang korupsi memang tidak akan pernah ada habisnya. Dari siapa yang bertanggung jawab sampai bagaimana korupsi itu selau meracuni moral bangsa Indonesia. Banyaknya koruptor juga tidak lepas dari peran pendidikan yang ada pada jenjang sekolah ataupun pendidikan yang tertanam pada keluarga sejak kecil. Kebiasaan berbohong yang di ajarkan oleh para orang tua memicu salah satu bibit-bibit koruptor. Contohnya seperti ini, ada orang tua bilang ke anaknya “nak nanti kalau ada yang mencari mama, bilang yaa mama sedang keluar” padahal si mama sedang asyik-asyik menonton TV di dalam rumah. Secara tidak langsung sang mama mengajarkan berbohong pada si anak. Ketika anak terdidik untuk tidak jujur, maka kebiasaan ini akan membentuk karakternya, apalagi tanpa adanya landasan agama yang jelas.