Skip to main content

Usung Identitas lewat Hymne


Selasa (20/8), Maba Fakultas Pendidikan Psikologi (FPPsi) menyanyikan Hymne Psikologi yang baru diciptakan. Hymne mulai digemakan saat hari kedua PKPT 2013. Fakultas yang baru berumur dua tahun ini mengagendakan setiap pergantian acara diselingi dengan menyanyikan hymne psikologi terlebih dahulu, pasalnya Maba FPPsi diwajibkan hafal hymne psikologi.

            “Semua angkatan, Dosen dan TU juga harus hafal hymne” ungkap Sherief selaku ketua BEM FPPsi. Dekan FPPsi pun menyambut baik dan mendukung kegiatan penghafalan hymne ini. BEM FPPsi akan mengajak seluruh warga psikologi untuk menghafal hymne tersebut. Selain pada PKPT ini, Hymne Psikologi juga akan bergema sepanjang Chabul. Selain Dekan, para alumni yang tergabung dalam IKAPSIUPsy UM juga sangat mendukung kegiatan ini.

            “Lirik Hymne diciptakan di atas Semeru” Tegas Sherief. Fakultas yang baru berdiri sejak Februari 2012 ini sedang gencar-gencarnya membangun identitas diri. Selain Hymne, identitas FPPsi lainnya adalah logo dan nama BEM FPPsi, BEM IKBM FPPsy menjadi nama BEM FPPsi tahun 2013 (Ika//dyu)

            *buletin hal.5. Tanggal terbit 23 Agustus 2013

Comments

Popular posts from this blog

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

LPJ Ajarkan Korupsi pada Mahasiswa*

Jika kita membicarakan tentang korupsi memang tidak akan pernah ada habisnya. Dari siapa yang bertanggung jawab sampai bagaimana korupsi itu selau meracuni moral bangsa Indonesia. Banyaknya koruptor juga tidak lepas dari peran pendidikan yang ada pada jenjang sekolah ataupun pendidikan yang tertanam pada keluarga sejak kecil. Kebiasaan berbohong yang di ajarkan oleh para orang tua memicu salah satu bibit-bibit koruptor. Contohnya seperti ini, ada orang tua bilang ke anaknya “nak nanti kalau ada yang mencari mama, bilang yaa mama sedang keluar” padahal si mama sedang asyik-asyik menonton TV di dalam rumah. Secara tidak langsung sang mama mengajarkan berbohong pada si anak. Ketika anak terdidik untuk tidak jujur, maka kebiasaan ini akan membentuk karakternya, apalagi tanpa adanya landasan agama yang jelas.