Skip to main content

Materi Terus, Maba MIPA Bosan


UM (20/08), Pengenalan Kehidupan Perguruan Tinggi (PKPT) Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) berlangsung lancar. Tidak lagi tampak barisan peserta PKPT di depan Gedung SPA  FMIPA, layaknya PKPT  tahun lalu sebelum masuk gedung.

Rombongan peserta memasuki gedung yang disediakan untuk masing-masing jurusan, jurusan Matematika di Gedung 08, jurusan Biologi di Gedung Kuliah Bersama (GKB) lantai tiga, jurusan Fisika di GKB lantai 2, jurusan Kimia dan Program Studi IPA di Gedung Aula Fakultas. Menurut penuturan Aan Karuniawan Prasetia, selaku Ketua BEM FMIPA, Tidak ada lagi yang namanya pemback-up an untuk peserta PKPT karena mereka sudah pada besar, itu juga terbukti dengan tidak adanya Pengawas Lapangan (PL).”

PKPT UM 2013 lebih menyenangkan dengan tidak adanya barang bawaan, jadwal masuk dan pulang yang lebih meringankan Maba, tanpa ada bentakan. “Jelas lebih enak, jamnya sudah enggak lebih pagi, lebih siangan. Pakaiannya menentuinnya tidak muluk-muluk banget, sudah tidak ada tugas pula.” ungkap Dian Maharani, mahasiswi FMIPA jurusan Matematika angkatan 2012.

Maba lebih banyak duduk dan mendengarkan berbagai materi yang disampaikan, dan kadang diselingi ice breaking dari panitia PKPT, agar Maba tidak jenuh di dalam kelas. Menurut Eka Fitri, Maba jurusan Matematika ini, di hari kedua lebih jenuh karena banyak materinya,Bahkan Muhammad berpendapat, Maba yang satu jurusan dengan Eka ini, mengamini kalau di hari kedua ini cukup membosankan. Hal itu sesuai jadwal PKPT, awal masuk kelas pukul 06.00 sampai pukul 01.00 siang, dilakukan dalam ruangan dan diisi materi. Menurut Ramadita, selaku ketua DMF FMIPA, “Temen-temen DMF tadi sudah membagikan angket untuk Maba dan hasilnya, responden merasa bosan karena cuman duduk untuk menerima materi dan belum tentu materi tersebut bisa diterima dengan baik oleh mereka.(rsc//ain)

*buletin halaman 6. Tanggal terbit 21 Agustus 2013




Comments

Popular posts from this blog

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

Menang Tanpa Perang

 Oleh: Fajar Dwi Affanndhi Pesta tak lagi meriah. Tidak seperti pesta yang biasa kita ketahui, hingar bingar, penuh warna-warni, dan dinanti-nanti. Pesta demokrasi di kampus ini sepi. Jangan harap perdebatan panas antar calon pemimpin. Ketika calonnya saja hanya satu. Ya, calon tunggal   tanpa lawan. Pemilu Raya, atau yang biasa kita sebut PEMIRA, kini seakan hilang greget -nya. Hampir di semua fakultas di UM terdapat calon tunggal.   Baik itu calon ketua BEM, ketua HMJ, atau bahkan yang lebih parah, calon DMF yang seharusnya dipilih lima orang dari setiap jurusan, malah hanya ada satu calon dalam satu fakultas yang notabene terdiri dari beberapa jurusan. Padahal, adanya calon tunggal bukan tidak mungkin yang terjadi mereka bakal   “menang tanpa perang”.  

Carut Marut Tempat Parkir UM: Mulai Sempitnya Lahan hingga Uang Parkir buat Jajan

      Saat ini, transportasi sudah menjadi kebutuhan primer. Berbagai macam alat transportasi diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain, apalagi jika menempuh jarak yang cukup jauh. Salah satu alat transportasi paling populer di Indonesia adalah motor. Motor sangat populer di kalangan pelajar dan mahasiswa. Setiap fakultas memiliki tempat parkir sendiri-sendiri, namun tidak mewajibkan mahasiswanya untuk memarkirkan motor berdasarkan fakultas masing-masing. Anehnya, meskipun dalam satu fakultas, berbeda tempat parkir juga berbeda sistem pengelolaannya. Hal ini dapat kita lihat di tempat parkir Fakultas Sastra (FS). Seharusnya hanya motor yang dikenai biaya parkir, tapi sepeda pun dikenai biaya parkir. Meskipun jumlah sepeda tidak seberapa dibandingkan motor, tetapi tetap saja hal ini menyalahi aturan.