Skip to main content

Biar Outdoor, Maba Tetap Bugar


            Pengenalan Kehidupan Perguruan Tinggi (PKPT) Selasa (20/8) di Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK),  berlangsung lancar. Tahun ini, jumlah Maba FIK bertambah dari tahun sebelumnya (2012-red). Pertambahan kuota tersebut dampak FIK menambah prodi baru, yakni Kesehatan Masyarakat. Itu berarti FIK total mempunyai empat prodi, antara lain Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (PJK), Ilmu Keolahragaan (IK), Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO) dan Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM).

Di awal rencana, seluruh rangkaian kegiatan PKPT FIK akan diadakan di Gedung Kenanga. Namun karena kapasitas ruang tidak menampung jumlah mahasiswa baru (Maba) yang mencapai 520 orang, akhirnya kegiatan PKPT dipindah ke Lapangan Tenis Graha Cakrawala (Graca). Panitia bersiaga di Gedung Kenanga sembari mengantisipasi maba yang terlanjur datang.

 Imam Arif Effendi, Ketua BEM FIK menyatakan bahwa Lapangan Tenis Graca yang semi terbuka berdampak Maba harus lesehan. Hal ini menjadi kendala, namun mereka masih tampak bugar.  Terbukti hingga wawancara ini berlangsung, tak ada keluhan dari para Maba soal kondisi lokasi PKPT.

Kencangnya hembusan angin di area tersebut, apalagi Kota Malang yang masih berhawa dingin, memungkinkan terganggunya kesehatan para Maba. Terkait hal tersebut, Imam Arif Effendi dan Wemi, petugas dari KSR yang bertugas di Lapangan Tenis memaparkan hanya satu Maba yang mengeluh sakit, itu pun hanya pusing karena belum sarapan.

“Di sini jarang ada yang sakit, mungkin karena Maba FIK, ya jadi sehat-sehat,” papar Wemi. Maba yang sakit segera mendapat pertolongan dari petugas KSR. Untuk mengantisipasi maba yang sakit, petugas KSR telah mempersiapkan P3K, tabung oksigen, obat-obatan dan tandu.

Seperti yang diketahui, PKPT akan berlangsung hingga Kamis (22/8), untuk mengantisipasi kondisi fisik Maba tiba-tiba menurun, pihak panitia memberi intruksi membawa almamater untuk hari ke depannya.(ika//ain)

*buletin halaman 9. Tanggal terbit 21 Agustus 2013

Comments

Popular posts from this blog

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

Menang Tanpa Perang

 Oleh: Fajar Dwi Affanndhi Pesta tak lagi meriah. Tidak seperti pesta yang biasa kita ketahui, hingar bingar, penuh warna-warni, dan dinanti-nanti. Pesta demokrasi di kampus ini sepi. Jangan harap perdebatan panas antar calon pemimpin. Ketika calonnya saja hanya satu. Ya, calon tunggal   tanpa lawan. Pemilu Raya, atau yang biasa kita sebut PEMIRA, kini seakan hilang greget -nya. Hampir di semua fakultas di UM terdapat calon tunggal.   Baik itu calon ketua BEM, ketua HMJ, atau bahkan yang lebih parah, calon DMF yang seharusnya dipilih lima orang dari setiap jurusan, malah hanya ada satu calon dalam satu fakultas yang notabene terdiri dari beberapa jurusan. Padahal, adanya calon tunggal bukan tidak mungkin yang terjadi mereka bakal   “menang tanpa perang”.  

Carut Marut Tempat Parkir UM: Mulai Sempitnya Lahan hingga Uang Parkir buat Jajan

      Saat ini, transportasi sudah menjadi kebutuhan primer. Berbagai macam alat transportasi diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain, apalagi jika menempuh jarak yang cukup jauh. Salah satu alat transportasi paling populer di Indonesia adalah motor. Motor sangat populer di kalangan pelajar dan mahasiswa. Setiap fakultas memiliki tempat parkir sendiri-sendiri, namun tidak mewajibkan mahasiswanya untuk memarkirkan motor berdasarkan fakultas masing-masing. Anehnya, meskipun dalam satu fakultas, berbeda tempat parkir juga berbeda sistem pengelolaannya. Hal ini dapat kita lihat di tempat parkir Fakultas Sastra (FS). Seharusnya hanya motor yang dikenai biaya parkir, tapi sepeda pun dikenai biaya parkir. Meskipun jumlah sepeda tidak seberapa dibandingkan motor, tetapi tetap saja hal ini menyalahi aturan.