Skip to main content

Seni dalam Jiwa Olahraga



Rabu, 3 April 2013 berlangsung acara pagelaran seni musik di Sasana Budaya UM yang diselenggarakan oleh mahasiswa FIK. Acara “FIK Voice” ini diikuti oleh seluruh mahasiswa FIK, mulai dari angkatan 2010 sampai 2012. Pada cara ini, setiap offering wajib menampilkan pertunjukan seni musik atau parade olahraga yang diiringi alunan musik. Meskipun  acara berlangsung bersamaan dengan jam kuliah sore akan tetapi tidak menyurutkan minat mahasiswa FIK untuk menyemarakkan acara eksplorasi jiwa seni dan olahraga ini. 
Menurut Habib selaku ketua pelaksana, acara ini dilaksanakan dalam rangka mencari penyanyi atau pelaku seni yang mumpuni untuk mewakili FIK ke universitas dalam bidang kesenian. Salah satu dosen FIK, Ibu Hartati Eko Wardani menyatakan, “Mengeksplorasi jiwa-jiwa seni dalam setiap individu itu sangatlah penting. Dan mahasiswa olahraga jangan hanya terasah dalam bidang olahraga saja, akan tetapi harus mempunyai jiwa seni ataupun musik. Itu  dikarenakan musik banyak bermanfaat dalam berbagai hal.” (ngd//aft)

Popular posts from this blog

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

LPJ Ajarkan Korupsi pada Mahasiswa*

Jika kita membicarakan tentang korupsi memang tidak akan pernah ada habisnya. Dari siapa yang bertanggung jawab sampai bagaimana korupsi itu selau meracuni moral bangsa Indonesia. Banyaknya koruptor juga tidak lepas dari peran pendidikan yang ada pada jenjang sekolah ataupun pendidikan yang tertanam pada keluarga sejak kecil. Kebiasaan berbohong yang di ajarkan oleh para orang tua memicu salah satu bibit-bibit koruptor. Contohnya seperti ini, ada orang tua bilang ke anaknya “nak nanti kalau ada yang mencari mama, bilang yaa mama sedang keluar” padahal si mama sedang asyik-asyik menonton TV di dalam rumah. Secara tidak langsung sang mama mengajarkan berbohong pada si anak. Ketika anak terdidik untuk tidak jujur, maka kebiasaan ini akan membentuk karakternya, apalagi tanpa adanya landasan agama yang jelas.