Skip to main content

Peminat PEMIRA di FPPsi Sepi



Pemandangan di pelataran C1 area steril pemilu terlihat sangat lengang. Suasana di FPPsi cukup tenang seperti hari-hari biasanya. “Tidak antusias,kesan yang diberikan oleh Kartika Ananda, petugas KPU yang masih mengawasi jalannya pemilihan umum. Dari pukul 14.00 hingga hampir pukul 16.00 WIB, area steril pemilihan umum sangat sepi dari mahasiswa. Kartika berpendapat,Salah satu faktor yang menyebabkan sepinya pemilihan umum ini adalah sosialisasi yang kurang tepat sasaran, jadwal sosialisasi di FPPsi adalah jam 3 sore  sehingga kemungkinan mahasiswa psikologi sudah sedikit yang ada di kampus.
Salah seorang tim sukses menyayangkan tentang antusiasme mahasiswa psikologi yang terbilang minim, “ Ketika ada momen-momen pemilihan umum, kesadaran kawan-kawan Psikologi dalam mengemukakan suara untuk universitas masih belum maksimal,” Jelasnya.
Hingga pemilihan umum diakhiri, petugas KPU yang berjaga di area FPPsi, tidak bersedia memberikan keterangan tentang jumlah mahasiswa psikologi yang sudah ikut berpartisipasi dalam PEMIRA UM, “Jumlah mahasiswa psikologi yang sudah mengikuti pemilihan suara dapat dilihat sewaktu perhitugan suara di Sasana Krida.jelas PANWASLU yang bertugas. (avz//vga)

Popular posts from this blog

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

LPJ Ajarkan Korupsi pada Mahasiswa*

Jika kita membicarakan tentang korupsi memang tidak akan pernah ada habisnya. Dari siapa yang bertanggung jawab sampai bagaimana korupsi itu selau meracuni moral bangsa Indonesia. Banyaknya koruptor juga tidak lepas dari peran pendidikan yang ada pada jenjang sekolah ataupun pendidikan yang tertanam pada keluarga sejak kecil. Kebiasaan berbohong yang di ajarkan oleh para orang tua memicu salah satu bibit-bibit koruptor. Contohnya seperti ini, ada orang tua bilang ke anaknya “nak nanti kalau ada yang mencari mama, bilang yaa mama sedang keluar” padahal si mama sedang asyik-asyik menonton TV di dalam rumah. Secara tidak langsung sang mama mengajarkan berbohong pada si anak. Ketika anak terdidik untuk tidak jujur, maka kebiasaan ini akan membentuk karakternya, apalagi tanpa adanya landasan agama yang jelas.