Skip to main content

Eksistensi Samara Mulai Diragukan

Eksistensi Samara Mulai Diragukan
*Oleh Robiatul Adawiyah
 
Picture by: youtube.com
Film berjudul Rings besutan sutradara F. Javier Gutiérrez, merupakan film ketiga dari film waralaba setelah The Ring (2002) dan The Ring Two (2005). Film yang dirilis di Amerika Serikat pada tanggal 3 Februari 2017 ini, dibintangi oleh Matilda Lutz, Alex Roe, Johnny Galecki, dan Vincent D'Onofrio. Awalnya, Ring berasal dari adaptasi novel karangan Kouji Suzuki dengan judul sama, dan filmnya berjudul Ringu dirilis pertama kali di Jepang pada 1998.

Rings dimulai dengan cerita teror video misterius yang terjadi di dalam pesawat terbang. Peristiwa di pesawat pun ditutup dengan rangkaian kejadian aneh seperti halnya dalam film The Ring (2002). Lalu sesaat kemudian adegan berganti ke seorang pria yang sedang menonton video misterius di rumahnya. Ditutup dengan adegan telepon berdering yang mengisyaratkan kematian akan datang padanya dalam waktu tujuh hari.

Setelah itu, dikisahkan pemeran utama lainnya Julia (Matilda Anna Ingrid Lutz) berpisah dengan pacarnya, Holt (Alex Roe) yang kuliah di luar kota. Pada suatu malam saat Julia ingin melakukan panggilan video call dengan Holt, seorang wanita asing menyapanya melalui Skype dengan ucapan aneh. Julia pun penasaran dan berusaha menelfon kekasihnya, namun tidak ada jawaban, karena khawatir akhirnya Julia menyusul Holt ke asramanya. Akan tetapi, ia malah menemui sekelompok orang yang sedang melakukan eksperimen mencurigakan yang dipimpin oleh Gabriel (Johnny Galecki). 

 
Picture by: id.fanpop.com

Eksperimen Gabriel memberikan jalan bagi Julia untuk dapat menemui Holt dan mengungkap rahasia dibalik video misterius tentang makhluk astral yang ada di dalam video bernama Samara. Julia dan Holt segera pergi ke Sacrament Valley demi mengungkap rahasia di balik kutukan video misterius tersebut. Alih-alih menemukan jawaban, Julia dan Holt malah menemui lelaki tua tuna netra bernama Mr. Burke (Vincent D’Onofrio) yang dapat mengancam keselamatan keduanya.  

Rings berbeda dengan para pendahulunya The Ring (2002) dan The Ring 2 (2005). Mereka memfokuskan cerita pada kejadian ngeri akibat menonton video Samara, namun pada skuel ketiganya ini, kisah lebih difokuskan pada asal-usul sosok Samara. Selain itu, apabila para pendahulunya menggunakan kaset dvd sebagai perantara kutukan Samara, Rings menggunakan file film dalam komputer dan penyebarannya lebih canggih karena melalui internet.

Film ini merupakan film yang luar biasa dengan cerita yang berbeda dari para pendahulunya. Namun, sayangnya Paramount Picture kurang dapat menyuguhkan adegan yang dramatis tentang kisah hidup Samara dan ibunya. Film ini terkesan setenga-setengah dalam menyuguhkan adegan panik, berbeda dengan The Ring 2 (2005) yang menyuguhkan adegan kepanikan secara penuh seorang ibu terhadap nasib anaknya yang menonton video Samara. Ekspresi panik yang dihadirkan dan suasana dramatis dapat membawa penonton seakan-akan berada pada situasi tersebut dan membuat penonton terpengaruh ikut merasakan kesedihan sang ibu dan merasa gregetan dengan hantu Samara. 

 
Picture by: rifergoodcc.com


Pada sekuel ketiganya ini, Rings terasa hambar dan kehilangan nyawanya. Sosok pemeran utama, yaitu Julia kurang dapat membawakan rasa iba pada penonton akan nasibnya. Peran yang dimainkannya terlihat kaku dan kurang menjiwai.Di samping itu, unsur-unsur yang seharusnya terlihat dramatis kurang ditonjolkan dalam film ini, misalnya saja ketika teman Holt, seorang wanita muda yang telah menonton video Samara meninggal, adegan yang ditunjukkan di film tidak terlihat menyeramkan dan ekspresi Julia yang melihat kematian perempuan itu terkesan sangat datar dan terlihat terlalu dipaksakan. Selain itu, adegan ketika Julia dikejar-kejar oleh ayah Samara, penonton tidak terbawa suasana mencekam dan menakutkan yang ditampilkan film ini. Adegan ini juga tidak memberikan rasa terkejut pada penonton seakan-akan penonton telah mengetahuinya dan dapat tertebak dengan mudah.

Film Rings tentu saja banyak dinanti oleh para penggemarnya karena penasaran dengan kelanjutan terror hantu Samara. Namun, sayangnya banyak yang kecewa dengan film Rings 2017. Situs Metacritic yang selama ini cukup tepercaya dalam memberikan skor sebuah film, video game, album musik, dan televisi, hanya meraih skor 24 dari 100. Hingga tulisan ini dibuat, sudah ada 18 ulasan terhadap film ini yang kebanyakan memberi skor di bawah 50.  Situs Rotten Tomatoes juga menampilkan bahwa dari 59 ulasan, hanya tiga pengamat yang memberikan repon positif kepada film ini. Sementara itu, 56 lainnya memberikan respon negatif yang membuat Rings hanya meraih skor 5%. Tidak hanya itu, situs Roger Ebert juga hanya memberi skor 1 dari 4 dengan ulasan dari penulis Peter Sobczynski. Situs-situs lain seperti Filmweb.pl, Screen Rant, Moviefone.com, Blu-ray.com, serta situs-situs film dari Eropa, tidak ada yang memberi skor tiga bintang atau lebih untuk film ini.

Terlepas dari segala kekurangan dan kekecewaan berbagai pihak, film ini tetap sebuah karya seni yang patut diapresiasi. Usaha F. Javier Gutiérrez yang masih terkesan baru dalam dunia perfilman horror patut diberi acungan jempol. Film ini juga masih cocok untuk mengisi waktu liburan, terutama bagi para pecinta horror.
*Penulis adalah pegiat LPM Siar UKMP UM
 
 

Comments

Popular posts from this blog

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.