Skip to main content

Peringati Hari Kartini, Mahasiswa UM Melakukan Aksi Longmarch

Peringati Hari Kartini, Mahasiswa UM Melakukan Aksi Longmarch

 
Picture by: Ugik/LPM Siar

Universitas Negeri Malang (UM) - Kamis (20/4), Peringatan Hari Kartini ke-138 berlangsung. Acara ini dipelopori oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan (BEM FIP) dengan mengusung tema “Rindu Kartini”. Puluhan mahasiswa UM dari berbagai fakultas mengikuti kegiatan ini dari pukul 12.00-13.30.  Aksi longmarch dilakukan dengan menyusuri jalan berbagai fakultas yang berada di UM sambil menyanyikan lagu Ibu Kartini, Darah Juang, Buruh Tani, Mars Mahasiswa, dan orasi-orasi, serta pertunjukkan teatrikal.

Umami, Staf Divisi Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa BEM FIP, mengatakan bahwa aksi longmarch merupakan sebuah momentum untuk mengingatkan para mahasiswa UM. “Perjuangan Kartini harus benar-benar dimanfaatkan dengan melakukan hal-hal yang positif ,” ucap mahasiswi berkacamata tersebut. Perempuan masa kini kenyataannya masih banyak yang belum menghargai semangat emansipasi yang dilakukan oleh Kartini. 

 Picture by: Ugik/LPM Siar

Menurut Nabila, Staf Riset Pengembangan dan Keilmuan BEM FIP, mengutarakan bahwa perempuan-perempuan Indonesia khususnya mahasiswa UM harus benar-benar mengimplementasikan semangat emansipasi dengan sebaik-baiknya, bukan hanya sebagai bentuk seremonial saja. “Potret mahasiswa masa kini terlalu hedonis, Kartini dulu membuka jalan untuk perempuan agar mendapatkan kebebasan supaya tidak terkukungkung di dalam rumah, memperoleh pendidikan, dan lain-lain,” kata mahasiswi jurusan Administrasi Pendidikan ini.

Ardi, Ketua Umum BEM FIP menyampaikan harapannya kepada perempuan masa kini, “Kita sudah diberi kebebasan yang diatur oleh undang-undang gunakanlah kebebasan dengan baik jangan sampai mengesampingkan norma-norma yang berlaku di masyarakat.” Dalam acara “Rindu Kartini” ini, terdapat berbagai rangkaian kegiatan, yaitu aksi longmarch, diskusi publik, dan puncaknya adalah pameran fotografi Kartini yang dilaksakan di teras perpustakaan UM. (ugk//bia)

Comments

Popular posts from this blog

Menang Tanpa Perang

 Oleh: Fajar Dwi Affanndhi Pesta tak lagi meriah. Tidak seperti pesta yang biasa kita ketahui, hingar bingar, penuh warna-warni, dan dinanti-nanti. Pesta demokrasi di kampus ini sepi. Jangan harap perdebatan panas antar calon pemimpin. Ketika calonnya saja hanya satu. Ya, calon tunggal   tanpa lawan. Pemilu Raya, atau yang biasa kita sebut PEMIRA, kini seakan hilang greget -nya. Hampir di semua fakultas di UM terdapat calon tunggal.   Baik itu calon ketua BEM, ketua HMJ, atau bahkan yang lebih parah, calon DMF yang seharusnya dipilih lima orang dari setiap jurusan, malah hanya ada satu calon dalam satu fakultas yang notabene terdiri dari beberapa jurusan. Padahal, adanya calon tunggal bukan tidak mungkin yang terjadi mereka bakal   “menang tanpa perang”.  

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

LPJ Ajarkan Korupsi pada Mahasiswa*

Jika kita membicarakan tentang korupsi memang tidak akan pernah ada habisnya. Dari siapa yang bertanggung jawab sampai bagaimana korupsi itu selau meracuni moral bangsa Indonesia. Banyaknya koruptor juga tidak lepas dari peran pendidikan yang ada pada jenjang sekolah ataupun pendidikan yang tertanam pada keluarga sejak kecil. Kebiasaan berbohong yang di ajarkan oleh para orang tua memicu salah satu bibit-bibit koruptor. Contohnya seperti ini, ada orang tua bilang ke anaknya “nak nanti kalau ada yang mencari mama, bilang yaa mama sedang keluar” padahal si mama sedang asyik-asyik menonton TV di dalam rumah. Secara tidak langsung sang mama mengajarkan berbohong pada si anak. Ketika anak terdidik untuk tidak jujur, maka kebiasaan ini akan membentuk karakternya, apalagi tanpa adanya landasan agama yang jelas.