Skip to main content

Oprec: Bangkitkan Persma yang Kritis dan Idealis

Oprec: Bangkitkan Persma yang Kritis dan Idealis 

  

Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Siar Unit Kegiatan Mahasiswa Penulis (UKMP) mengadakan Open Recruitment (Oprec) anggota baru 2017 pada Sabtu (1/4) dengan tema "Bangkitkan Jiwa Kritis dan Idealis Pers Mahasiswa". Acara ini merupakan kegiatan tahunan sejak 2016, ditujukan untuk menjaring para penerus perjuangan LPM Siar UKMP UM.

Fitri Puji,  Ketua Pelaksana Oprec 2017 mengatakan sebagai anggota pers mahasiswa (Persma), seseorang harus mempunyai sifat kritis dan idealis. Mahasiswa masa kini harus memiliki sifat kritis, sebagai kontrol sosial yang berguna untuk pribadi dan orang lain.  Selain itu, sifat idealis juga penting, supaya berani untuk memandang sesuatu berdasarkan keyakinannya.

Kegiatan Oprec LPM Siar 2017 ini diikuti 33 peserta dari 44 pendaftar. Kegiatan ini dibuka dengan hiburan yang dibawakan oleh anggota LPM Siar,  yakni Radhania,  Shinta Dwita Surya,  dan Dina Putri Pertiwi.  Mereka menghibur peserta dengan menyanyikan lagu Raisa,  Jatuh Hati.  


Setelah itu, peserta mendapatkan tiga materi, yaitu Sejarah Persma dan seluk-beluk LPM Siar, Manajemen Persma, serta Keredaksian LPM Siar.  Materi pertama disampaikan oleh Deni Permana,  Direktur LPM Siar 2013.  Lalu materi kedua tentang Manajemen Persma disampaikan oleh Imam Abu Hanifah,  Sekertaris Jendral Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) Kota Malang dan Binti Muroyyanatul,  Sekertaris PPMI Kota Malang. Pada materi kedua ini peserta dibagi menjadi empat kelompok. Pembagian kelompok ini untuk pengaplikasian dari materi yang telah dipaparkan. Setiap kelompok diberikan konflik yang berbeda untuk diselesaikan bersama.

Lalu diakhiri oleh tiga pemateri sekaligus,  yaitu Aprilia Eva Winata,  Pimpinan Redaksi LPM Siar 2016, Nanang Hermanto,  General Manager LPM Siar 2016, dan Yurizal Santoso,  Direktur LPM Siar 2016 tentang "Keredaksian LPM Siar". Materi ketiga ini, peserta dibagi menjadi delapan kelompok. Masing-masing kelompok diberikan tugas untuk membuat berita dan ilustrasi yang kemudian dipresentasikan dan diberi review hasil pekerjaan peserta.

Selain itu, Oprec tahun ini berbeda dari Oprec tahun-tahun sebelumnya karena dihadiri langsung oleh Irwan Sakkir, Sekertaris Jenderal PPMI Nasional.  Dalam sambutannya pria yang akrab dipanggil Vito ini mengatakan bahwa menjadi anggota Persma sangatlah bermanfaat.  Beberapa manfaat yang didapat, yaitu mempunyai jaringan yang luas dan menambah teman. (bia//hna)

Comments

Popular posts from this blog

Menang Tanpa Perang

 Oleh: Fajar Dwi Affanndhi Pesta tak lagi meriah. Tidak seperti pesta yang biasa kita ketahui, hingar bingar, penuh warna-warni, dan dinanti-nanti. Pesta demokrasi di kampus ini sepi. Jangan harap perdebatan panas antar calon pemimpin. Ketika calonnya saja hanya satu. Ya, calon tunggal   tanpa lawan. Pemilu Raya, atau yang biasa kita sebut PEMIRA, kini seakan hilang greget -nya. Hampir di semua fakultas di UM terdapat calon tunggal.   Baik itu calon ketua BEM, ketua HMJ, atau bahkan yang lebih parah, calon DMF yang seharusnya dipilih lima orang dari setiap jurusan, malah hanya ada satu calon dalam satu fakultas yang notabene terdiri dari beberapa jurusan. Padahal, adanya calon tunggal bukan tidak mungkin yang terjadi mereka bakal   “menang tanpa perang”.  

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

LPJ Ajarkan Korupsi pada Mahasiswa*

Jika kita membicarakan tentang korupsi memang tidak akan pernah ada habisnya. Dari siapa yang bertanggung jawab sampai bagaimana korupsi itu selau meracuni moral bangsa Indonesia. Banyaknya koruptor juga tidak lepas dari peran pendidikan yang ada pada jenjang sekolah ataupun pendidikan yang tertanam pada keluarga sejak kecil. Kebiasaan berbohong yang di ajarkan oleh para orang tua memicu salah satu bibit-bibit koruptor. Contohnya seperti ini, ada orang tua bilang ke anaknya “nak nanti kalau ada yang mencari mama, bilang yaa mama sedang keluar” padahal si mama sedang asyik-asyik menonton TV di dalam rumah. Secara tidak langsung sang mama mengajarkan berbohong pada si anak. Ketika anak terdidik untuk tidak jujur, maka kebiasaan ini akan membentuk karakternya, apalagi tanpa adanya landasan agama yang jelas.