“……yang sungguh dinantikan adalah
menjadi nabi baru penyeru keadilan dengan rela turun ke jalan mendampingi
rakyat yang sendirian.”
Selamat
datang maba UM 2016. Setelah melalui berbagai tahap, menjadi yang terpilih dari
puluhan ribu pendaftar, resmilah kawan-kawan memperoleh predikat mahasiswa.
Sebuah status sosial yang hanya bisa disandang oleh seorang yang menempuh
pendidikan di perguruan tinggi. Sesederhana itukah menjadi mahasiswa? Nyatanya,
julukan-julukan seperti agent of change,
moral force, iron stock, dan agen pembangunan masih menjadi bagian dari
pemaknaan terhadap mahasiswa. Julukan-julukan ini merupakan warisan dari
mahasiswa terdahulu dengan kisah-kisah perjuangannya dalam merevolusi kehidupan
bangsa, terlepas dari apa yang mereka geluti dimasa ini: menjadi bagian dari
yang mereka hujat dulu atau tersisihkan akibat mengimani idealismenya.
Mahasiswa
memiliki peranan penting, bahkan menjadi genting dalam kondisi di mana
ketajaman analisis, implementasi teori, dan aksi yang mereka laksanakan menjadi
kontrol sosial terhadap kebijakan birokrasi yang menyimpang. Agen perubahan,
pewaris tajuk kepemimpinan, dan julukan-julukan lainnya yang seakan
menggambarkan bahwa mahasiswa menggantikan tugas seorang nabi. Kini, julukan
itu makin berat dipikul. Betapa tidak? biaya kuliah yang mencekik itu sudah
cukup kuat untuk menghentikan pembuluh nadi perjuangan.
Demi
menjalankan harapan sosial tentang tindak perubahan, mahasiswa akan dihadapkan
dengan pilihan-pilihan yang memilukan, antara memilih pulang larut malam dari
kampus untuk sekadar berdiskusi, atau lebih baik menyegerakan tidur di kasur
empuk seusai kuliah. Memilih untuk bekerja demi membayar biaya kuliah, atau
menyuburkan budaya hedonis di pusat perbelanjaan depan kampus. Namun, lebih
dari itu, yang sungguh dinantikan adalah
menjadi nabi baru penyeru keadilan dengan rela turun ke jalan mendampingi
rakyat yang sendirian.
Semua
itu kembali kepada konstruksi pemahaman mahasiswa terhadap peranannya. Seorang
mahasiswa bebas memilih untuk menjadi “mahasiswa” seperti apa yang mereka
yakini. Ada kewajiban yang mesti dipenuhi sesuai porsinya masing-masing. Sekali
lagi, kami ucapkan selamat datang, selamat berproses, cintai kampusmu dengan
memberikan yang terbaik namun jangan pernah
takut untuk memperbaiki!
Tim Redaksi
Comments
Post a Comment