Skip to main content

Cerpenis Nasional dan Editor Kompas datang ke UM

Universitas Negeri Malang (UM) didatangi oleh cerpenis nasional dan editor Kompas Minggu, melalui acara Pameran Karya (PK) 2015 pada Sabtu (24/10). Cerpenis nasional, Agus Noor dan Putu Fajar Arcana, editor Kompas Minggu. Mereka datang sebagai narasumber pada kegiatan tersebut. Kegiatan ini dipelopori oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Penulis (UKMP) UM. Acara yang bertajuk Workshop Cerpen Kompas ini merupakan kerja sama UKMP UM dengan Kompas. Ketua Umum UKMP, Syahrul Saputra mengungkapkan, mekanisme workshop pada tahun ini adalah yang terbaik. Peserta workshop harus melalui seleksi panitia karena kuota yang terbatas. 

Acara diawali dengan sambutan dari Ketua Umum UKMP, Ketua Pelaksana PK 2015, dan dibuka oleh pendamping UKMP, Moh. Syahri, S. Sos., M. Si. Dilanjutkan dengan pemutaran Video Company Profile Kompas yang dibahas oleh Vicentia Sulyana, community engagement specialist Kompas. Setelah itu, terdapat sesi perkenalan mengenai Workshop Kompas dari Putu Fajar Arcana. 

“Kerjasama yang dilakukan komunitas-komunitas yang memiliki jalur yang sama dengan Kompas merupakan upaya untuk mendekatkan Kompas secara emosional dengan pembaca,” kata pria kelahiran 10 Juli 1965 itu. Menurut laki-laki yang mengenakan topi hitam Fedora ini, workshop kepenulisan dapat merawat kemanusiaan melalui karya sastra. 

Sejumlah 35 peserta workshop mendapat penjelasan kreatif membuat cerpen oleh Agus Noor. “Antusiasme peserta workshop kali ini kurang, tidak seperti di kota-kota lainnya, mereka saling berebut untuk bertanya,” ungkap pria berkacamata ini. Menurutnya, pertanyaan yang diajukan oleh para peserta kebanyakan masih bersifat elementer. Padahal, workshop Kompas lebih mengedepankan pembuatan cerpen agar lebih menarik. Walaupun begitu, para peserta memiliki semangat yang tinggi untuk belajar, tutur pria yang lahir pada bulan Juni ini. 

Agus Noor ketika menyampaikan materi cara membuat cerpen yang baik
Setelah istirahat, salat, dan makan, para peserta melakukan observasi di sekitar Kampus UM dan mengidentifikasi karya-karya dari koran Kompas. Melalui kegiatan tersebut, peserta diharapkan mampu membuat sebuah karya dengan waktu yang telah ditentukan oleh panitia. Selanjutnya, karya-karya tersebut diulas oleh narasumber. 

Rangkaian Workshop Cerpen Kompas ditutup dengan pemberian kenang-kenangan pada tiga peserta terbaik dan foto bersama. “Melalui kegiatan ini saya berharap para peserta workshop khususnya teman-teman UKMP mampu mengembangkan kepenulisannya dan kerja sama dengan Kompas dapat berlanjut,” kata Ratih Meylana, Ketua Pelaksana PK 2015. (hna//yna)

Comments

Popular posts from this blog

Menang Tanpa Perang

 Oleh: Fajar Dwi Affanndhi Pesta tak lagi meriah. Tidak seperti pesta yang biasa kita ketahui, hingar bingar, penuh warna-warni, dan dinanti-nanti. Pesta demokrasi di kampus ini sepi. Jangan harap perdebatan panas antar calon pemimpin. Ketika calonnya saja hanya satu. Ya, calon tunggal   tanpa lawan. Pemilu Raya, atau yang biasa kita sebut PEMIRA, kini seakan hilang greget -nya. Hampir di semua fakultas di UM terdapat calon tunggal.   Baik itu calon ketua BEM, ketua HMJ, atau bahkan yang lebih parah, calon DMF yang seharusnya dipilih lima orang dari setiap jurusan, malah hanya ada satu calon dalam satu fakultas yang notabene terdiri dari beberapa jurusan. Padahal, adanya calon tunggal bukan tidak mungkin yang terjadi mereka bakal   “menang tanpa perang”.  

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

LPJ Ajarkan Korupsi pada Mahasiswa*

Jika kita membicarakan tentang korupsi memang tidak akan pernah ada habisnya. Dari siapa yang bertanggung jawab sampai bagaimana korupsi itu selau meracuni moral bangsa Indonesia. Banyaknya koruptor juga tidak lepas dari peran pendidikan yang ada pada jenjang sekolah ataupun pendidikan yang tertanam pada keluarga sejak kecil. Kebiasaan berbohong yang di ajarkan oleh para orang tua memicu salah satu bibit-bibit koruptor. Contohnya seperti ini, ada orang tua bilang ke anaknya “nak nanti kalau ada yang mencari mama, bilang yaa mama sedang keluar” padahal si mama sedang asyik-asyik menonton TV di dalam rumah. Secara tidak langsung sang mama mengajarkan berbohong pada si anak. Ketika anak terdidik untuk tidak jujur, maka kebiasaan ini akan membentuk karakternya, apalagi tanpa adanya landasan agama yang jelas.