Tak kenal maka tak sayang.
Sebuah
pepatah yang terdengar
klise namun memiliki makna mendalam.
Tanpa mengenal sesuatu dengan baik, seseorang akan mudah berasumsi dengan buruk. Begitulah yang terjadi dengan reputasi warga Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang sering bergiatan malam. Ketika mahasiswa non-organisasi terlelap dalam larutnya
malam, para penggiat
organisasi masih
berjuang membuka mata, buku, dan pikiran untuk rapat, latihan, dan aktif menjalankan kegiatan
organisasinya.
UKM,
merupakan lembaga kemahasiswaan yang mewadahi aktivitas anggotanya dalam
pengembangan minat, bakat serta keahlian-keahlian tertentu. Di Universitas Negeri Malang (UM) berdiri puluhan UKM
yang berpusat di kompleks UKM gedung C3. UKM sebagai wadah kreativitas mahasiswa dalam banyak bidang bakat seperti teater,
seni rupa, kepenulisan, musik, fotografi, olahraga dan lain
sebagainya, telah banyak berkontribusi dalam mengharumkan almamter kampus
dengan segudang prestasi yang mereka dapatkan. Sebut saja UKM Ikatan Pecinta Rektorika Indonesia (IPRI). UKM yang bergerak
dalam bidang keretorikaan tersebut pernah mengantarkan anggotanya memenangkan juara ketiga dalam lomba
debat nasional di Universitas Sebelas Maret, Solo, Jawa Tengah. Contoh lainnya adalah
UKM Penulis. Telah banyak
penulis muda kreatif dari UKM ini yang ‘langganan’
mengisi rubrik-rubrik
koran dan majalah kenamaan di Malang maupun nasional, seperti Malang Post, Radar Malang, Jawa
Pos, dan Kompas. Beralih ke bidang pertunjukkan, ada nama
UKM Blero yang mementaskan
“Frozen” tahun lalu. Pementasan yang bertempat di Graha Cakrawala tersebut menuai
sukses besar. Terbukti dari ludesnya penjualan tiket dan antusiasme penggemar yang menggila.
Prestasi-prestasi besar tersebut tidak didapatkan tanpa pengorbanan. Banyak
hal-hal dikorbankan seperti tenaga, pikiran, uang, dan waktu.
Car Free Day
(CFD) oleh MPA Jonggring
Salaka, Rabu (22/4) kemarin misalnya. Acara yang dirangkai tepat pada Hari Bumi
tersebut menuai banyak pujian dari mahasiswa UM. Kampus yang biasanya riuh
dengan banyaknya kendaraan bermotor
dan mobil berlalu-lalang, kemarin hanya
dipenuhi
oleh mahasiswa yang berjalan kaki, bersepeda, dan beberapa orang yang memacu
becak. Een salah satu anggota Joggring mengungkapkan bahwa menjalankan satu
hari kegiatan CFD tersebut, perlu persiapan dan proses panjang yang
melelahkan. “Kurang lebih sekitar 4 bulan kami mempersiapkan acara CFD. Dimulai dari pembentukan panitia, rapat kegiatan,
mengurus izin, publikasi, hingga
puncak kegiatan hari H,” tutur Een . Selama kurun waktu empat bulan tersebut, Joggring melakukan serangkaian rapat yang biasanya dimulai sekitar
pukul 7 malam hingga sekitar 11 malam. Lebih lanjut, Een menerangkan
bahwa rapat memang sengaja
dilakukan pada malam hari. Dirinya
mengaku hal itu dilakukan
karena tidak
semua anggota bisa berkumpul
untuk
rapat pada siang
atau sore hari karena terbentur jadwal kuliah.
Realita
tersebut tidak hanya dialami oleh satu dua UKM saja, namun beberapa UKM lainnya.
Malam, dijadikan waktu yang tepat untuk berkegiatan rutin di UKM oleh anggota, karena itulah satu-satunya waktu
yang tersedia agar seluruh anggota UKM dapat berkumpul bersama. Kegiatan-kegiatan UKM memang mungkin dilakukan pada
siang dan sore hari, namun hal itu tidak akan maksimal. Alasannya, anggota UKM
adalah mahasiswa yang aktif berkuliah saat siang dan sore hari. Alasan lainnya
adalah ada beberapa kegiatan UKM yang tidak maksimal jika dilakukan pada siang
atau sore hari. Contohnya adalah pendalaman karakter yang
dilakukan oleh UKM Blero. Kegiatan yang memerlukan konsentrasi penuh tersebut
tidak akan efektif bila dilakukan siang hari. Pasalnya, siang hari masih terdengar riuh suara
mahasiswa, kendaraan, dan hal-hal bising lainnya yang mampu mengganggu konsentrasi
anggota. Hal yang sama juga disampaikan Elvin, anggota kesejahteraan STK-AK.
Pementasan-pementasan yang kerap diselenggarakan UKM Tari ini memerlukan
rutinitas latihan yang padat. Sementara itu
latihan lebih sering dilakukan pada
malam
hari karena alasan jadwal kuliah yang
dilaksanakan pada siang
hari.
Banyak
kegiatan di malam hari ini yang kemudian dianggap mengacaukan sistem kehidupan
kampus. “UKM terlalu bebas untuk kehidupan kampus, mengacaukan sistem keamanan
karena keluar masuk tidak bisa dikontrol,”
ungkap Iwan Budiono salah satu petugas keamanan UM. Iwan mengaku selama menjadi
petugas keamanan di UM, dirinya menganggap persoalan UKM tidak semudah membalik tangan. Sejak adanya peristiwa kebakaran dan tawuran
beberapa tahun lalu, sistem keamanan UKM diperketat. Salah satu bentuknya
adalah aksi sweeping. Akan tetapi, hal tersebut hanya berlaku selama dua sampai tiga bulan saja sejak terbentuknya peraturan tersebut.
Meskipun diberikan keamanan seketat apapun, UKM masih mencari-cari celah.
“Pernah ada pengecekan motor jam 10 sampai 11-an malam, yang senior tidak mau
sepeda motornya dicek, akhirnya memanggil teman-temannya. Padahal kalau tidak
dicek orang yang masuk situ (UKM,
reds)
macam-macam.”
Beberapa
penggiat
UKM pada akhirnya menerima
pandangan negatif. Menerima
pandangan negatif tersebut, warga UKM bersikap biasa-biasa
saja, selama apa yang mereka
kerjakan tidak melampaui batas norma dan nilai baik yang dianut masyarakat.
Selaku
anggota MPA Jonggring Salaka yang kerap berkegiatan di malam hari, Een mengaku
hal tersebut tergantung sudut pandang individu. “Masing-masing punya sudut pandang berbeda terhadap UKM. Mereka yang tidak
tahu kehidupan
UKM, beranggapan bahwa kegiatan
kami negatif karena mereka memang tidak terjun langsung untuk mengikuti proses
kegiatan kami yang kebanyakan kegiatan kami ini di malam hari. Lagipula,
kami punya kegiatan yang memang hanya bisa dilakukan di malam hari seperti Caving (penyesuaian keadaan nyata gua dalam malam hari)”, ungkap Een. Lebih lanjut ia
menjelaskan, menginap di UKM
adalah pilihan
yang dapat dilakukan setelah latihan yang selesai hingga larut. Hal itu dilakukan dalam rangka keamanan karena bila pulang pada
larut malam akan lebih berbahaya di jalan. Selain itu adakalanya jam malam kos
membuat beberapa anggota lebih memilih tidur di UKM
karena tidak memungkinkan untuk pulang ke kos.
Meski
banyak UKM yang melakukan kegiatan di malam hari. Irwan, selaku petugas keamanan berharap kegiatan
malam bisa dikurangi intensitasnya dengan tidak dilakasanakan selama 24 jam penuh. “Katakanlah kegiatan UKM selesai jam 12 (malam), ya sudah kampus harus benar-benar ditutup,” imbuhnya.
Heru, salah satu dosen Fakultas
Ilmu Keolahragaan (FIK) sekaligus pembimbing
UKM Judo menambahkan, perlu adanya pembinaan yang rutin dan disiplin dari para
Pembina UKM untuk
meminimalisir kegitan malam di UKM. Ia sendiri melarang
kepada anggota UKM Judo untuk menginap di dalam kesekretariatan UKM Judo. “Memang kegiatan di luar kampus sampai malam, bisa sampai setengah sepuluh, tapi jangan
sampai itu (UKM, red)
digunakan tidur dan menginap.”
Akhirnya,
menilik kembali pada tujuan berdirinya UKM sebagai
wadah pengembangan kegiatan ekstra
kurikuler di tingkat perguruan tinggi yang berkaitan dengan penalaran dan
keilmuan, minat, bakat dan kegemaran. Bila memang kegiatan malam hari harus dilaksanakan
untuk menunjang seluruh tujuan
tersebut, maka sudah sepantasnya semua elemen mengapresiasi UKM, tidak apatis,
dan menganggap apa yang digiatkan UKM bersifat negatif. Sebaliknya, apabila UKM
menyalahgunakan otoritas yang diberikan, tindakan tegas perlu diberikan agar UKM berjalan sesuai fungsi dan tujuannya. (eva/yrz//ahl//gia)
Seru berita ini!!
ReplyDelete