Skip to main content

Tingkat Pelanggaran Maba FS Menurun di Hari Terakhir PKPT



Keterlambatan mahasiswa baru (Maba) selalu terjadi di Fakultas Sastra (FS) selama pelaksanaan Pengenalan Kehidupan Perguruan Tinggi (PKPT) berlangsung. Pada hari kedua pelaksanaan PKPT (14/8), di FS terdapat sekitar sepuluh  Maba yang terlambat. Menurun di hari ketiga PKPT (15/8), terdapat sekitar delapan Maba yang terlambat dan pada hari penutupan PKPT (16/8), hanya tiga Maba yang datang terlambat mengikuti serangkaia acara PKPT. Hal ini dibenarkan oleh Andika selaku ketua Badan Eksekutif  Mahasiswa (BEM) FS, “Hari ini masih ada Maba yang terlambat tiga orang,” tutur Andika (Sastra Jerman/11). Andika juga menjelaskan bahwa salah satu dari ketiga Maba yang datang terlambat beralasan ban sepeda motornya bocor.

 Maba FS yang datang terlambat tetap diberikan sanksi yang bersifat akademis. Sanksi tersebut berupa menulis artikel yang berkaitan dengan jurusannya dan membuat rangkuman materi acara yang ditinggalkan. Untuk jurusan tertentu seperti Seni dan Desain mendapatkan sanksi yang berbeda, yaitu membuat gambar yang dianggap dapat menunjang kesiapan Maba dalam menghadapi perkuliahan nantinya. Di dalam acara PKPT FS tidak ada sanksi berupa hukuman fisik dan tidak ada bentakan yang berlebihan ke Maba. Hal ini pun dibenarkan oleh Maba FS. “Memang sanksi yang diberikan sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan teman-teman, Panita PKPT FS tegas dan semua bentakan memang wajar karena teman-teman memang yang susah diatur,” tutur Endang Pujiastuti (Mandarin/14). Endang juga menuturkan bahwa dia lebih menyukai konsep PKPT yang bersifat akademis seperti yang kini dilaksanakan di Universitas Negeri Malang (UM). Sebab, dia merasa dapat lebih mengenal UM dan tidak kerepotan dengan barang-barang “aneh” yang sebenarnya tidak diperlukan dalam kegiatan akademik.


Menurut Andika, ketertiban dan kelancaran acara PKPT terkendali dengan baik. Tidak banyak kendala yang menghambat acara yang terpusat di gedung E6 tersebut. Tidak terjadi pelanggaran yang berarti. Kesadaran Maba dan ketegasan Panitia PKPT FS dalam menegakkan peraturan merupakan sebab tingkat pelanggaran PKPT FS menurun di hari terakhir PKPT. (eva/adt/ima//ang/yna) \


          
*buletin hal.3 terbit edisi 20 Agustus 2014
 

Comments

Popular posts from this blog

Menang Tanpa Perang

 Oleh: Fajar Dwi Affanndhi Pesta tak lagi meriah. Tidak seperti pesta yang biasa kita ketahui, hingar bingar, penuh warna-warni, dan dinanti-nanti. Pesta demokrasi di kampus ini sepi. Jangan harap perdebatan panas antar calon pemimpin. Ketika calonnya saja hanya satu. Ya, calon tunggal   tanpa lawan. Pemilu Raya, atau yang biasa kita sebut PEMIRA, kini seakan hilang greget -nya. Hampir di semua fakultas di UM terdapat calon tunggal.   Baik itu calon ketua BEM, ketua HMJ, atau bahkan yang lebih parah, calon DMF yang seharusnya dipilih lima orang dari setiap jurusan, malah hanya ada satu calon dalam satu fakultas yang notabene terdiri dari beberapa jurusan. Padahal, adanya calon tunggal bukan tidak mungkin yang terjadi mereka bakal   “menang tanpa perang”.  

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

LPJ Ajarkan Korupsi pada Mahasiswa*

Jika kita membicarakan tentang korupsi memang tidak akan pernah ada habisnya. Dari siapa yang bertanggung jawab sampai bagaimana korupsi itu selau meracuni moral bangsa Indonesia. Banyaknya koruptor juga tidak lepas dari peran pendidikan yang ada pada jenjang sekolah ataupun pendidikan yang tertanam pada keluarga sejak kecil. Kebiasaan berbohong yang di ajarkan oleh para orang tua memicu salah satu bibit-bibit koruptor. Contohnya seperti ini, ada orang tua bilang ke anaknya “nak nanti kalau ada yang mencari mama, bilang yaa mama sedang keluar” padahal si mama sedang asyik-asyik menonton TV di dalam rumah. Secara tidak langsung sang mama mengajarkan berbohong pada si anak. Ketika anak terdidik untuk tidak jujur, maka kebiasaan ini akan membentuk karakternya, apalagi tanpa adanya landasan agama yang jelas.