Skip to main content

Presentasi UKM Tuai Kendala di Beberapa Fakultas



Presentasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) menuai beberapa kendala. Kendala-kendala tersebut berupa pemotongan durasi presentasi, pelarangan penyebaran Contact Person (CP), serta kemoloran waktu. Kendala-kendala tersebut terjadi yaitu di Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Fakultas Ekonomi (FE), dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).

 “Saya dan para panitia hanya bersifat mengingatkan dan harus tegas tentang masalah waktu tidak memandang siapa pun itu. Sebab, walaupun itu dialami oleh sekelas dekan pun, kalau waktunya sudah molor dan tinggal tersisa beberapa menit, ya sudah itu saja yang bisa dijalankan,” terang Fafa Aditya, Ketua Dewan Mahasiswa Fakultas (DMF) FIP ketika ditanya perihal pemotongan durasi presentasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Fafa mengatakan bahwa apa yang disampaikan tersebut sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh Wakil Dekan III FIP. “Kami sendiri juga merasa tidak enak kepada para UKM karena waktunya harus terpaksa dipotong entah karena keterlambatan rekan dari UKM maupun dari panitia itu sendiri,” tuturnya.

 Menurut Fafa, pemotongan waktu itu mungkin terjadi karena adanya miss coordination and communication antara UKM dengan pihak panitia. Dengan adanya pemotongan durasi presentasi UKM ini, Fafa mengaku merasa rugi karena tidak ada penampilan yang luar biasa  dari UKM. “Kita juga tidak bisa menutup mata kalau UKM adalah lahan yang seksi buat semua Maba,” ungkap mahasiswa Jurusan Teknologi Pendidikan itu.

            Di Fakultas Ekonomi (FE), Alfian, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FE, Panwas, dan DMF FE melarang penyebaran CP. “Sebab, pernah ada pengalaman di hari-hari sebelumnya waktu registrasi itu ada informasi yang simpang siur untuk Maba,” tutur Alfian. Alfian mengaku bahwa pihaknya tidak ingin dianggap berpikiran buruk kepada salah satu UKM sehingga aturan tersebut disamaratakan. “Kalau satu nggak dapet, ya semua nggak dapet,” tegas Alfian. Alfian mengaku khawatir akan ada okmun-oknum tertentu yang menyalahgunakan dan mengatasnamakan fakultas di UM jika memberi CP pada Maba.

Selain pelarangan pemberian CP, di FE, kemoloran waktu terjadi di gedung D4 dan E5, UKM Koperasi Mahasiswa (Kopma) datang terlambat tetapi tetap mengotot untuk masuk. “Kita dari panitia juga nggak berani mengizinkan Kopma untuk presentasi UKM karena jika dilanjutkan, maka acara presentasi UKM yang lain  juga ikut molor,” kata Alfian. 

Permasalahan Kopma di gedung E5 dapat diatasi dengan cara Kopma melakukan presentasi di sisa waktu yang tersisa pada akhir acara. Namun, di gedung D4, pihak Kopma sudah di-cut oleh panitia tetapi tetap memaksa presentasi. Hal tersebut berimbas ke UKM lain. “Jadi kita meminta maaf dan mohon pengertiannya  tentang pemotongan waktu yang harus dilakukan,” ungkap Alfian. Di sisi lain, pihak Kopma mengatakan bahwa mereka terlambat datang karena tidak mengetahui tentang adanya perubahan jadwal dan masih tetap menggunakan jadwal yang lama.

            Kemoloran waktu juga terjadi di FMIPA. Rais, Ketua HMJ Fisika FMIPA menjelaskan bahwa sempat terjadi permasalahan kemoloran waktu karena pihak UKM Resimen Mahasiswa Mahasurya 805 terlambat. Tetapi, hal itu bisa diatasi karena ada kelebihan waktu dari UKM Pendekar sehingga masalah tersebut tidak berdampak pada UKM selanjutnya yang akan presentasi.

            “Setiap UKM hanya diperbolehkan maksimal sepuluh brosur. Pembatasan penyebaran brosur pada setiap UKM merupakan kebijakan BEM dan DMF FMIPA yang sudah ditetapkan dari tahun-tahun sebelumnya,” jelas Sakti, Ketua BEM FMIPA. Sakti juga menjelaskan bahwa hal tersebut sudah terpresentasikan di Gedung Graha Cakrawala. (skm/ris//yna)
           
*buletin hal.1 terbit edisi 20 Agustus 2014

Comments

Popular posts from this blog

Menang Tanpa Perang

 Oleh: Fajar Dwi Affanndhi Pesta tak lagi meriah. Tidak seperti pesta yang biasa kita ketahui, hingar bingar, penuh warna-warni, dan dinanti-nanti. Pesta demokrasi di kampus ini sepi. Jangan harap perdebatan panas antar calon pemimpin. Ketika calonnya saja hanya satu. Ya, calon tunggal   tanpa lawan. Pemilu Raya, atau yang biasa kita sebut PEMIRA, kini seakan hilang greget -nya. Hampir di semua fakultas di UM terdapat calon tunggal.   Baik itu calon ketua BEM, ketua HMJ, atau bahkan yang lebih parah, calon DMF yang seharusnya dipilih lima orang dari setiap jurusan, malah hanya ada satu calon dalam satu fakultas yang notabene terdiri dari beberapa jurusan. Padahal, adanya calon tunggal bukan tidak mungkin yang terjadi mereka bakal   “menang tanpa perang”.  

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

LPJ Ajarkan Korupsi pada Mahasiswa*

Jika kita membicarakan tentang korupsi memang tidak akan pernah ada habisnya. Dari siapa yang bertanggung jawab sampai bagaimana korupsi itu selau meracuni moral bangsa Indonesia. Banyaknya koruptor juga tidak lepas dari peran pendidikan yang ada pada jenjang sekolah ataupun pendidikan yang tertanam pada keluarga sejak kecil. Kebiasaan berbohong yang di ajarkan oleh para orang tua memicu salah satu bibit-bibit koruptor. Contohnya seperti ini, ada orang tua bilang ke anaknya “nak nanti kalau ada yang mencari mama, bilang yaa mama sedang keluar” padahal si mama sedang asyik-asyik menonton TV di dalam rumah. Secara tidak langsung sang mama mengajarkan berbohong pada si anak. Ketika anak terdidik untuk tidak jujur, maka kebiasaan ini akan membentuk karakternya, apalagi tanpa adanya landasan agama yang jelas.