Skip to main content

PKPT Terakhir, MABA FIP Merdeka


        PKPT yang diselenggarakan di UM memasuki hari ke empat atau hari terakhir. Terlihat ada yang berbeda dengan PKPT yang ada di FIP. Maba yang diseragamkan dengan kostum rok hitam dan kemeja putih,  ditambah beberapa atribut seperti tulisan “HUT RI 69”, mengenakan pita merah putih, sticker bendera merah putih, ada yang memakai kopyah bak para pahlawan dan beberapa atribut lain. Beberapa kerumunan Maba juga nampak membawa Majalah Dinding (mading) yang isinya tentang gambaran tentang pendidikan dan kemerdekaan.
Setelah dikonfirmasi pada Ketua BEM FIP, Bagus, mengatakan bahwa PKPT hari terakhir di FIP mengusung tema “kemerdekaan”. “Karena hari ini terakhir (red: PKPT), karena besuk ulang tahun kemerdekaan, untuk hari terakhir ini kami memakai tema kemerdekaan. Jadi teman-teman hari ini diberikan semacam kebebasan kreatifitas mereka biar di explore itu dengan cara dresscodenya itu menggunakan pakaian yang bertema kemerdekaan. Bebas,” kata Bagus. Lalu saat ditanya tentang mading-mading yang dibawa Maba, Bagus menjawab, “Penugasan ini untuk mengasah kreatifitas dan kekritisan mereka  dengan disuruh membuat sebuah mading, madingnya juga ada temanya: pendidikan dan kemerdekaan,”. 

Menurut Bagus, hasil dari penugasan seperti tugas memakai dresscode dan mading, diapresiasi tinggi oleh seluruh panitia PKPT FIP, bahkan Dekanatpun juga mengapresiasi. Bagus mengaku bangga dan tidak menyangka jika Maba begitu kreatif mengolah tugas yang diberikan panitia. “Itu yang membuat saya bangga selaku Ketua BEM, ternyata hari ini teman-teman diluar dugaan kami. Saya kira kemarin, kalau temanya kemerdekaan hanya pakai pita gitu, ternyata kreatif juga,“ puji Bagus. (evl//gia)



*buletin hal.8 terbit edisi 20 Agustus 2014
 

Comments

Popular posts from this blog

Menang Tanpa Perang

 Oleh: Fajar Dwi Affanndhi Pesta tak lagi meriah. Tidak seperti pesta yang biasa kita ketahui, hingar bingar, penuh warna-warni, dan dinanti-nanti. Pesta demokrasi di kampus ini sepi. Jangan harap perdebatan panas antar calon pemimpin. Ketika calonnya saja hanya satu. Ya, calon tunggal   tanpa lawan. Pemilu Raya, atau yang biasa kita sebut PEMIRA, kini seakan hilang greget -nya. Hampir di semua fakultas di UM terdapat calon tunggal.   Baik itu calon ketua BEM, ketua HMJ, atau bahkan yang lebih parah, calon DMF yang seharusnya dipilih lima orang dari setiap jurusan, malah hanya ada satu calon dalam satu fakultas yang notabene terdiri dari beberapa jurusan. Padahal, adanya calon tunggal bukan tidak mungkin yang terjadi mereka bakal   “menang tanpa perang”.  

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

LPJ Ajarkan Korupsi pada Mahasiswa*

Jika kita membicarakan tentang korupsi memang tidak akan pernah ada habisnya. Dari siapa yang bertanggung jawab sampai bagaimana korupsi itu selau meracuni moral bangsa Indonesia. Banyaknya koruptor juga tidak lepas dari peran pendidikan yang ada pada jenjang sekolah ataupun pendidikan yang tertanam pada keluarga sejak kecil. Kebiasaan berbohong yang di ajarkan oleh para orang tua memicu salah satu bibit-bibit koruptor. Contohnya seperti ini, ada orang tua bilang ke anaknya “nak nanti kalau ada yang mencari mama, bilang yaa mama sedang keluar” padahal si mama sedang asyik-asyik menonton TV di dalam rumah. Secara tidak langsung sang mama mengajarkan berbohong pada si anak. Ketika anak terdidik untuk tidak jujur, maka kebiasaan ini akan membentuk karakternya, apalagi tanpa adanya landasan agama yang jelas.