Skip to main content

Klarifikasi Panwas Terhadap Pernyataan Ketupel PKPT FT



              Beredarnya Siar edisi PKPT 1 menuai kontroversi dari pihak Panitia Pengawas (Panwas). Pihak Panwas menganggap salah satu berita dari buletin tersebut yang berjudul DMF Melarang Penggunaan Yel-yel FT-FIK Tetap Ngotot  perlu diklarifikasi. Hal yang perlu diklarifikasi menurut Panwas terdapat dalam kutipan yang dilontarkan oleh Hakim, Ketua Pelaksana (Ketupel) PKPT FT yang berbunyi “Itu (red: larangan menyuarakan yel-yel) kan cuma katanya-katanya, jadi kurang jelas”.


            Hal itu membuat  DMF geram karena mengesankan bahwa DMF tidak melakukan penyebaran edaran legal formal soal penggunaan yel-yel pada saat PKPT hari pertama. Berdasarkan informasi yang dihimpun oleh Siar dari Riski, Ketua DMF Psikologi (ditulis dalam buletin Siar PKPT 1, 13 Agustus: “...distribusi edaran yang  telah dilegalformalkan baru siang tadi dilakukan  sehingga beberapa fakultas masih menganggap pelarangan tersebut masih isu dan belum jelas adanya”). Pada pertemuan yang dilakukan oleh Siar, Jumat (15/8) di ruang rapat kemahasiswaan gedung A3 lantai 3, Hakim, Ketupel FT mengakui bahwa keterlambatan disebabkan oleh mepetnya waktu antara pengumuman yang diberikan dan sosialisasi (pengumuman diberikan pada H-1 PKPT). 

            Selain itu, mepetnya waktu juga membuat kurangnya komunikasi antarpanitia sehingga informasi kurang tersampaikan dengan baik. “Ini hanyalah miss communication dari Ketua BEM dan Ketupel (FT, red.),” ungkap Hadi, Ketua BEM FT.

            Di dalam pertemuan tersebut, Hakim berharap agar Panwas dapat memberikan peraturan-peraturan khusus lebih awal supaya tidak terjadi miss communication lagi.  “Untuk tahun-tahun  berikutnya kalau bisa ketika ada peraturan-peraturan khusus, disepakati atau dijelaskan jauh-jauh hari. Jadi temen-temen dari fakultas bisa cepat tanggap seperti itu. Selanjutnya dipertajam lagi tidak hanya Ketua BEM per fakultasnya ditekankan lagi di masing-masing fakultas­.”

            Panwas beralasan  bahwa mendadaknya informasi tersebut terjadi karena pihak Universitas juga mendadak saat memberikan intruksi. “Ya, semuanya serba mepet,” ujar Rizki yang juga bertindak sebagai Panwas PKPT. (dvp/hrm//yna)

*buletin hal.1 terbit edisi 19 Agustus 2014

Comments

Popular posts from this blog

Menang Tanpa Perang

 Oleh: Fajar Dwi Affanndhi Pesta tak lagi meriah. Tidak seperti pesta yang biasa kita ketahui, hingar bingar, penuh warna-warni, dan dinanti-nanti. Pesta demokrasi di kampus ini sepi. Jangan harap perdebatan panas antar calon pemimpin. Ketika calonnya saja hanya satu. Ya, calon tunggal   tanpa lawan. Pemilu Raya, atau yang biasa kita sebut PEMIRA, kini seakan hilang greget -nya. Hampir di semua fakultas di UM terdapat calon tunggal.   Baik itu calon ketua BEM, ketua HMJ, atau bahkan yang lebih parah, calon DMF yang seharusnya dipilih lima orang dari setiap jurusan, malah hanya ada satu calon dalam satu fakultas yang notabene terdiri dari beberapa jurusan. Padahal, adanya calon tunggal bukan tidak mungkin yang terjadi mereka bakal   “menang tanpa perang”.  

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

LPJ Ajarkan Korupsi pada Mahasiswa*

Jika kita membicarakan tentang korupsi memang tidak akan pernah ada habisnya. Dari siapa yang bertanggung jawab sampai bagaimana korupsi itu selau meracuni moral bangsa Indonesia. Banyaknya koruptor juga tidak lepas dari peran pendidikan yang ada pada jenjang sekolah ataupun pendidikan yang tertanam pada keluarga sejak kecil. Kebiasaan berbohong yang di ajarkan oleh para orang tua memicu salah satu bibit-bibit koruptor. Contohnya seperti ini, ada orang tua bilang ke anaknya “nak nanti kalau ada yang mencari mama, bilang yaa mama sedang keluar” padahal si mama sedang asyik-asyik menonton TV di dalam rumah. Secara tidak langsung sang mama mengajarkan berbohong pada si anak. Ketika anak terdidik untuk tidak jujur, maka kebiasaan ini akan membentuk karakternya, apalagi tanpa adanya landasan agama yang jelas.