Skip to main content

Hari Terakhir PKPT, Sejumlah Maba FE Jatuh Pingsan

Ketertiban peserta Pengenalan Kehidupan Perguruan Tinggi (PKPT) di Fakultas Ekonimi (FE) Sabtu (16/8)  meningkat dibandingkan hari-hari sebelumnya. Peningkatan ini terlihat dari berkurangnya mahasiswa baru (Maba) yang terlambat. Pada Jumat (15/8), hari ketiga PKPT terdapat sekitar sepuluh Maba yang terlambat. Namun, pada hari terakhir PKPT, Sabtu (16/8) jumlahnya menurun. Hal ini dibenarkan oleh Icha selaku salah satu  Liasion Officer (LO) FE. “Hari ini Maba yang terlambat hanya tiga orang, lebih sedikit dari kemarin sedangkan kemarin ada sepuluh Maba yang terlambat,” tutur Icha.

Meningkatnya ketertiban Maba tidak dibarengi dengan kesehatan Maba. Justru pada hari terakhir PKPT  banyak Maba yang sakit sampai ada yang pingsan. Jumlah Maba sakit dan pingsan berjumlah sepuluh orang bahkan salah satu Maba harus dirujuk ke Rumah Sakit Unisma karena penyakit asmanya kambuh. “Sebenarnya sejak kemarin sudah ada yang sakit, namun mereka tetap mengikuti hari terakhir PKPT. Karena itu, banyak Maba yang akhirnya ambruk,” jelas Sundari, salah satu anggota Korps Sukarela (KSR) UM. Sundari menambahkan bahwa berkurangnya kesehatan Maba disebabkan kondisi ruangan yang pengap, tidak sempatnya sarapan, dan penyakit bawaan yang tiba-tiba kambuh. 

Semua panitia PKPT FE sudah berusaha untuk bertanggung jawab dengan masalah kesehatan Maba tersebut. Mereka terus berkoordinasi dengan KSR agar Maba yang sakit bisa segera mendapat perawatan. Panitia juga sudah bertanggung jawab dengan Maba yang dirujuk ke rumah sakit dengan menanggung semua biaya rumah sakit dari dana Fakultas. Ketua Pelaksana (Ketupel) PKPT FE, Wildan, membenarkan ada Maba yang jatuh pingsan. “Panitia sigap dan tanggap dalam mengurusi hal tersebut,” ujar Wildan. Setelah melakukan survei pada sepuluh Maba yang sakit, ternyata hanya satu orang saja yang sarapan. “Mereka tidak sempat sarapan karena takut terlambat. Ruangan yang sesak oleh Maba membuat udara menjadi pengap,” papar Mahasiswa S1 Akuntansi 2012 itu.

            Menanggapi banyaknya Maba FE yang sakit saat PKPT berlangsung, Ummi Makkiyah, salah satu Maba S1 Manajemen berpendapat jika mereka yang jatuh sakit itu memang karena ruangan PKPT khususnya di gedung D4 terasa pengap. Selain itu, mungkin mereka  takut untuk mengutarakan kondisinya yang buruk dan kelelahan setelah tiga hari mengikuti PKPT. Ia juga mengutarakan kepuasannya pada PKPT di FE, terlebih di hari terakhir ini. “Kegiatannya seru, soalnya banyak informasi dan pengetahuan baru tentang UM dan FE yang saya dapat. Saya juga ngikutinnya lebih santai karena ndak terbebani dengan tugas yang aneh-aneh dan bentak-bentakan. Penampilan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) kemaren itu keren banget”, ujarnya dengan antusias. (rdi/eva/lin//yna)

*buletin hal.4 terbit edisi 20 Agustus 2014

Comments

Popular posts from this blog

Menang Tanpa Perang

 Oleh: Fajar Dwi Affanndhi Pesta tak lagi meriah. Tidak seperti pesta yang biasa kita ketahui, hingar bingar, penuh warna-warni, dan dinanti-nanti. Pesta demokrasi di kampus ini sepi. Jangan harap perdebatan panas antar calon pemimpin. Ketika calonnya saja hanya satu. Ya, calon tunggal   tanpa lawan. Pemilu Raya, atau yang biasa kita sebut PEMIRA, kini seakan hilang greget -nya. Hampir di semua fakultas di UM terdapat calon tunggal.   Baik itu calon ketua BEM, ketua HMJ, atau bahkan yang lebih parah, calon DMF yang seharusnya dipilih lima orang dari setiap jurusan, malah hanya ada satu calon dalam satu fakultas yang notabene terdiri dari beberapa jurusan. Padahal, adanya calon tunggal bukan tidak mungkin yang terjadi mereka bakal   “menang tanpa perang”.  

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

LPJ Ajarkan Korupsi pada Mahasiswa*

Jika kita membicarakan tentang korupsi memang tidak akan pernah ada habisnya. Dari siapa yang bertanggung jawab sampai bagaimana korupsi itu selau meracuni moral bangsa Indonesia. Banyaknya koruptor juga tidak lepas dari peran pendidikan yang ada pada jenjang sekolah ataupun pendidikan yang tertanam pada keluarga sejak kecil. Kebiasaan berbohong yang di ajarkan oleh para orang tua memicu salah satu bibit-bibit koruptor. Contohnya seperti ini, ada orang tua bilang ke anaknya “nak nanti kalau ada yang mencari mama, bilang yaa mama sedang keluar” padahal si mama sedang asyik-asyik menonton TV di dalam rumah. Secara tidak langsung sang mama mengajarkan berbohong pada si anak. Ketika anak terdidik untuk tidak jujur, maka kebiasaan ini akan membentuk karakternya, apalagi tanpa adanya landasan agama yang jelas.