Skip to main content

DMF Psikologi, DMFIK dan Perbedaan Interpretasi Peneriakan Yel



Ketika disinggung mengenai isi pemberitaan yang menyatakan FIK melanggar aturan penggunaan yel-yel saat PKPT hari pertama, Ketua BEM FIK, Hendro, mengatakan bahwa informasi dari DMFIK menyatakan bahwa yang dilarang adalah suara-suara dan slogan yang dapat memancing keributan. Maka dari itu, dia menganggap selain hal itu diperbolehkan. ”Kalau dari DMF kita (DMFIK, Red.), pokoknya nggak membunyikan suara-suara atau slogan yang mancing keributan. Kalau cuma tepuk tangan nggak ada yang wah saya kira,” ungkapnya. 


Hal tersebut berbeda dengan yang dikatakan oleh DMF Psikologi, Riski, bahwasanya yel-yel adalah semua hal yang menimbulkan suara termasuk gerakan tepuk tangan sekalipun.

Meskipun begitu Hendro mengaku sempat ditegur ketika rapat evaluasi PKPT hari pertama. Ia berdalih bahwa tepuk tangan serempak di FIK adalah spontanitas belaka. ”Saya kemarin malah usul kalau ada yel-yel malah lebih bagus soalnya kita kan pasti bosen. Yang penting tetep satu, UM,” imbuhnya. (ahl/evl//ald)




*buletin hal.4 terbit edisi 19 Agustus 2014
 

Comments

Popular posts from this blog

Menang Tanpa Perang

 Oleh: Fajar Dwi Affanndhi Pesta tak lagi meriah. Tidak seperti pesta yang biasa kita ketahui, hingar bingar, penuh warna-warni, dan dinanti-nanti. Pesta demokrasi di kampus ini sepi. Jangan harap perdebatan panas antar calon pemimpin. Ketika calonnya saja hanya satu. Ya, calon tunggal   tanpa lawan. Pemilu Raya, atau yang biasa kita sebut PEMIRA, kini seakan hilang greget -nya. Hampir di semua fakultas di UM terdapat calon tunggal.   Baik itu calon ketua BEM, ketua HMJ, atau bahkan yang lebih parah, calon DMF yang seharusnya dipilih lima orang dari setiap jurusan, malah hanya ada satu calon dalam satu fakultas yang notabene terdiri dari beberapa jurusan. Padahal, adanya calon tunggal bukan tidak mungkin yang terjadi mereka bakal   “menang tanpa perang”.  

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

LPJ Ajarkan Korupsi pada Mahasiswa*

Jika kita membicarakan tentang korupsi memang tidak akan pernah ada habisnya. Dari siapa yang bertanggung jawab sampai bagaimana korupsi itu selau meracuni moral bangsa Indonesia. Banyaknya koruptor juga tidak lepas dari peran pendidikan yang ada pada jenjang sekolah ataupun pendidikan yang tertanam pada keluarga sejak kecil. Kebiasaan berbohong yang di ajarkan oleh para orang tua memicu salah satu bibit-bibit koruptor. Contohnya seperti ini, ada orang tua bilang ke anaknya “nak nanti kalau ada yang mencari mama, bilang yaa mama sedang keluar” padahal si mama sedang asyik-asyik menonton TV di dalam rumah. Secara tidak langsung sang mama mengajarkan berbohong pada si anak. Ketika anak terdidik untuk tidak jujur, maka kebiasaan ini akan membentuk karakternya, apalagi tanpa adanya landasan agama yang jelas.