Skip to main content

Antusiasme Maba FE pada Demo UKM



             Ada yang berbeda dengan Pengenalan Kehidupan Perguruan Tinggi (PKPT) Fakultas Ekonomi (FE) Jumat (15/8). Suasana yang lebih meriah mewarnai gedung-gedung FE yang dijadikan sebagai ruang pertemuan mahasiswa baru (Maba). Kemeriahan tersebut disebabkan adanya demo Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Universitas Negeri Malang (UM). Kegiatan yang dijadwalkan selesai pukul 11.00 WIB itu mendapat respon positif dari Maba FE. “Acara hari ini cukup menarik, soalnya ada demo UKM. Jadi, kita tahu kegiatan nonakademik mahasiswa di UM,” kata salah satu Maba FE dari Jurusan S1 Manajemen, Wahyu Randy Ardiansyah. Laki-laki tinggi itu juga menuturkan bahwa belum bisa memutuskan UKM apa yang akan dia ikuti karena banyaknya pilihan UKM menarik di UM. Kebanyakan Maba FE tidak sabar menanti pertunjukkan UKM di Pesta Rakyat UM Sabtu (23/8) mendatang.

            Berbanding terbalik dengan respon positif Maba FE yang antusias dengan demo UKM, warga UKM yang tampil merasa kecewa dengan konsep demo UKM PKPT tahun ini. Konsep demo UKM PKPT tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya. Bila tahun lalu demo UKM dipusatkan di Gedung Graha Cakrawala pada hari pertama PKPT, tahun ini demo UKM tampil per kelas di hari ketiga PKPT. Perbedaan konsep ini sempat membuat kecewa beberapa UKM karena tidak bisa tampil maksimal. Hal ini dibenarkan Doel, salah satu anggota UKM Blero yang tampil di FE. Doel mengungkapkan bahwa konsep tahun ini cukup menyulitkan penampilan Blero karena keterbatasan waktu dan tempat PKPT  yang tidak terpusat disatu tempat. Kekecewaan UKM yang tampil di FE terobati karena respon positif Maba. Walaupun begitu, PKPT FE hari ketiga berjalan lancar dan tertib. Maba yang terlambat pun mulai berkurang. Pada PKPT hari kedua, Maba terlambat lebih dari 10 Maba sedangkan PKPT hari ketiga, Maba terlambat berjumlah tiga orang. (eva/rdi/lin//yna)


*buletin hal.8 terbit edisi 19 Agustus 2014
 

Comments

Popular posts from this blog

Menang Tanpa Perang

 Oleh: Fajar Dwi Affanndhi Pesta tak lagi meriah. Tidak seperti pesta yang biasa kita ketahui, hingar bingar, penuh warna-warni, dan dinanti-nanti. Pesta demokrasi di kampus ini sepi. Jangan harap perdebatan panas antar calon pemimpin. Ketika calonnya saja hanya satu. Ya, calon tunggal   tanpa lawan. Pemilu Raya, atau yang biasa kita sebut PEMIRA, kini seakan hilang greget -nya. Hampir di semua fakultas di UM terdapat calon tunggal.   Baik itu calon ketua BEM, ketua HMJ, atau bahkan yang lebih parah, calon DMF yang seharusnya dipilih lima orang dari setiap jurusan, malah hanya ada satu calon dalam satu fakultas yang notabene terdiri dari beberapa jurusan. Padahal, adanya calon tunggal bukan tidak mungkin yang terjadi mereka bakal   “menang tanpa perang”.  

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

LPJ Ajarkan Korupsi pada Mahasiswa*

Jika kita membicarakan tentang korupsi memang tidak akan pernah ada habisnya. Dari siapa yang bertanggung jawab sampai bagaimana korupsi itu selau meracuni moral bangsa Indonesia. Banyaknya koruptor juga tidak lepas dari peran pendidikan yang ada pada jenjang sekolah ataupun pendidikan yang tertanam pada keluarga sejak kecil. Kebiasaan berbohong yang di ajarkan oleh para orang tua memicu salah satu bibit-bibit koruptor. Contohnya seperti ini, ada orang tua bilang ke anaknya “nak nanti kalau ada yang mencari mama, bilang yaa mama sedang keluar” padahal si mama sedang asyik-asyik menonton TV di dalam rumah. Secara tidak langsung sang mama mengajarkan berbohong pada si anak. Ketika anak terdidik untuk tidak jujur, maka kebiasaan ini akan membentuk karakternya, apalagi tanpa adanya landasan agama yang jelas.