Skip to main content

Tender Kebanjiran Order, Maba UM Tak Beralmamater

      Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, pembagian jas almamater tahun ini tersendat. Almamater yang seyogyanya dibagikan pada saat registrasi ulang akademik (Juli silam), sampai dengan saat berita ini ditulis (H-1 PKPT) belum terbagikan seluruhnya. Hanya Maba dari jalur SNMPTN, Pascasarjana, Mandiri Prestasi dan Sistem Penerimaan Alih Jenjang (SPAJ) yang sudah menerima sedangkan untuk jalur Mandiri nonprestasi dan, SBMPTN masih harus menunggu. Polemik pembagian jas almamater ini menjadikan banyak mahasiswa baru (maba) menjadi kebingungan. Maba dari jalur SBMPTN dan Mandiri nonprestasi masih mencari kepastian kapan jas almamater akan dibagikan. “Jika bukan sekarang, saya bingung kapan tepatnya almamater akan dibagikan, dan harus mengambil  kemana nantinya,” ungkap Nana Maba dari Medan.  Baik dari staff pengelola gedung Graha Cakrawala maupun pihak keamanan dan dari beberapa maba yang dikonfirmasi seperti Nining dari Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Ati dari Fakultas Ilmu Keolahragaan, Ida dari Fakultas Ilmu Sosial dan Vibri dari Fakultas Teknik, secara serempak mereka menyatakan tidak mengetahui kelanjutan pengambilan jas almamater untuk maba dan masih terus menunggu kelanjutan pemberitahuan melalui website www.um.ac.id.

    Kabag Kemahasiswaan, Drs. Taat Setyohadi mengatakan bahwa keterlambatan disebabkan pemenang tender belum bisa menyelesaikan  karena kebanjiran order. Saat ditanya lebih lanjut,  Drs. Taat Setyohadi menuturkan bahwa tidak ada yang salah dalam hal ini. “Kita itu tidak boleh milih tender. Pemilihan tender ini dilakukan melalui seleksi melalui elektronik. Kebetulan tender tersebut menang banyak dan nggak salah juga karena dia berani memberi kualitas bagus dengan harganya lebih miring sehingga dari berbagai universitas seperti Mercubuana, UB, dan hampir 10 perguruan tinggi yang memenangkan  tender tersebut,” jelas Drs. Taat Setyohadi.

    Kabag Kemahasiswaan mengonfirmasi bahwa pengadaan jas almamater sudah meneken kontrak sejak Mei dengan jumlah 7.000 jas melalui  Lembaga Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dengan mengadakan lelang di  Unit Layanan Pengadaan (ULP). Dari banyak tender yang berpatisipasi dalam lelang, dikerucutkan menjadi tiga nominator dengan pertimbangan antara lain pengalaman dan kualitas yang bagus.

    Sebenarnya pihak tender sudah bisa mengerjakan jas almamater sejak Januari karena pada Januari-April pihak tender tidak ada orderan. Namun, pihak UM tidak berani melakukan kontrak pada bulan-bulan tersebut karena dana yang digunakan untuk membuat jas alamater belum bisa dicairkan.

    Guna menghindari polemik di antara sesama mahasiswa, diputuskan dalam penyelenggarakan PKPT semua mahasiswa berpakaian hitam putih tanpa almamater. ULP sudah memberikan peringatan kepada pihak tender untuk segera menyelesaikan pembuatan jas. Jika ada miss atau wanprestasi yang dilakukan oleh pihak tender pasti akan dikenakan sanksi juga. (lin/rhq/hrm/ryh//ika/yna/gia)
 
*buletin hal.2. terbit edisi 13 Agustus 2014

Comments

Popular posts from this blog

Menang Tanpa Perang

 Oleh: Fajar Dwi Affanndhi Pesta tak lagi meriah. Tidak seperti pesta yang biasa kita ketahui, hingar bingar, penuh warna-warni, dan dinanti-nanti. Pesta demokrasi di kampus ini sepi. Jangan harap perdebatan panas antar calon pemimpin. Ketika calonnya saja hanya satu. Ya, calon tunggal   tanpa lawan. Pemilu Raya, atau yang biasa kita sebut PEMIRA, kini seakan hilang greget -nya. Hampir di semua fakultas di UM terdapat calon tunggal.   Baik itu calon ketua BEM, ketua HMJ, atau bahkan yang lebih parah, calon DMF yang seharusnya dipilih lima orang dari setiap jurusan, malah hanya ada satu calon dalam satu fakultas yang notabene terdiri dari beberapa jurusan. Padahal, adanya calon tunggal bukan tidak mungkin yang terjadi mereka bakal   “menang tanpa perang”.  

Pemira FIS Ternodai

Indikasi Pemalsuan Syarat Pencalonan di HMJ Geografi Rabu (25/11) – Ketua Komisi Pemilihan Fakultas Ilmu Sosial (KPFIS), Junaidi, mengatakan   bahwa terjadi beberapa permasalahan pada serangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) FIS. Salah satunya adalah i ndikasi pemanipulasian sertifikat ospek jurusan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi (HMJ Volcano) untuk wakil calon nomor 1, Rezra. ”Ada ketidakterimaan dari beberapa mahasiswa mengenai salah satu calon, gara-gara ada salah satu calon yang persyaratanya nggak tepat, menurut mereka. Contohnya sertifikat mbak, menurut sang pelapor itu palsu”, ujar Subur selaku Ketua KPFIS.

LPJ Ajarkan Korupsi pada Mahasiswa*

Jika kita membicarakan tentang korupsi memang tidak akan pernah ada habisnya. Dari siapa yang bertanggung jawab sampai bagaimana korupsi itu selau meracuni moral bangsa Indonesia. Banyaknya koruptor juga tidak lepas dari peran pendidikan yang ada pada jenjang sekolah ataupun pendidikan yang tertanam pada keluarga sejak kecil. Kebiasaan berbohong yang di ajarkan oleh para orang tua memicu salah satu bibit-bibit koruptor. Contohnya seperti ini, ada orang tua bilang ke anaknya “nak nanti kalau ada yang mencari mama, bilang yaa mama sedang keluar” padahal si mama sedang asyik-asyik menonton TV di dalam rumah. Secara tidak langsung sang mama mengajarkan berbohong pada si anak. Ketika anak terdidik untuk tidak jujur, maka kebiasaan ini akan membentuk karakternya, apalagi tanpa adanya landasan agama yang jelas.